Harga aluminium terdorong data manufaktur China



JAKARTA. Setelah dua minggu terpuruk, harga aluminium kembali mendapatkan tenaga untuk menguat. Data manufaktur China yang lebih baik dari ekspektasi menjadi pendorong utama penguatan harga aluminium.

Data Bloomberg, Selasa (24/2), harga aluminium pengiriman tiga bulan menguat 1,06% menjadi US$ 1.810 per metrik ton. Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim mengatakan, kenaikan harga aluminium tidak lain memang disebabkan oleh data manufaktur China yang positif.

Per Februari 2015, indeks manufaktur China naik menjadi 50,1 dari bulan sebelumnya yang 49,7. Ini adalah indeks manufaktur China tertinggi dalam empat bulan terakhir. "Sebagai importir terbesar, data terbaru dari China jelas menjadi sentimen positif yang mendongkrak harga aluminium," kata Ibrahim, Rabu (25/2).


Data indeks manufaktur terbaru ini sedikit mengikis kekhawatiran atas perlambatan ekonomi China. Sebelumnya, Bank Dunia juga sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 China dari 7,2% menjadi 7%. Dana Moneter International (IMF) juga menurunkan proyeksi ekonomi China dari 7,1% menjadi 6,8%. 

Proyeksi perlambatan China itu menjadi salah satu faktor utama yang menekan harga komoditas termasuk aluminium. Pergerakkan aluminium juga tertahan lantaran terus menguatnya dollar Amerika Serikat (AS) akibat didorong rencana The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan.

Beberapa minggu terakhir, tersiar rumor The Fed bakal segera menaikkan suku bunga pada Juni mendatang. Namun, pada perkembangannya, The Fed ternyata tidak optimis yang diperkirakan banyak pihak. Dalam testimoni kepada kongres AS, Gubernur The Fed, Jannet Yellen memilih mengambil sikap dovish dengan menyatakan kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan setidaknya dalam dua pertemuan The Fed ke depan.

"The Fed masih bersabar untuk mengambil kebijakan menaikkan suku bunga karena ekonomi global dinilai belum stabil,"  ujar Ibrahim. The Fed kemungkinan menunggu terlebih dahulu efek dari program stimulus ekonomi yang digelar Bank Sentral Eropa (ECB).

Mulai Maret nanti, ECB memang akan menggelar stimulus ekonomi sebesar 80 miliar euro per bulan. Kalau berjalan lancar, stimulus itu diharapkan bisa merangsang pertumbuhan ekonomi di kawasan Zona Euro. Testimoni Yellen dan data manufaktur China diperkirakan bisa mendongkrak harga aluminium setidaknya pada sepekan ini.

Indikasi penguatan aluminium diperkuat oleh beberapa indikator teknikal. Ibrahim bilang, indikator bollinger band dan Moving Average (MA) 90% di atas bollinger bawah yang mengindikasikan peluang penguatan. Stochastic juga berada di area 70% positif.

Pun demikian dengan Moving Average Convergence-Divergence (MACD) yang di posisi 60% positif. Relative Strength Index (RSI) yang berada di area 60% positif memperkuat indikasi penguatan. Oleh karena itu, Ibrahim merekomendasi beli di kisaran US$ 1.790- US$1.890 per ton di pekan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa