JAKARTA. Aluminium semakin mengkilap setelah muncul upaya pemangkasan produksi China. Rencana pembangunan infrastruktur Amerika Serikat (AS) juga menyulut kenaikan aluminium awal tahun 2017. Mengutip Bloomberg, Kamis (2/2) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 0,55% ke level US$ 1.829 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Harga aluminium telah menanjak hingga 8% sejak akhir tahun lalu. Wahyu Tribowo Laksono, analis PT Central Capital Futures menuturkan, efek rencana pembangunan infrastruktur Presiden AS, Donald Trump masih terasa pada laju harga aluminium hingga sekarang. Apalagi, pada bulan ini The Fed masih ragu terkait kebijakan moneternya.
Gubernur The Fed, Janet Yellen belum dapat menjelaskan kepastian naiknya suku bunga meski optimistis pada pertumbuhan ekonomi AS. Akibatnya, nilai tukar dollar AS melemah dan mengangkat aluminium. Di samping pengaruh dari AS, faktor utama penggerak aluminium menurut Wahyu justru datang dari China. Negara tersebut berencana menghentikan sekitar 3,3 juta ton kapasitas produksi aluminium selama musim dingin untuk memerangi polusi udara. Menjelang akhir bulan lalu, harga aluminium menguat tajam bahkan mencatat level tertinggi sejak Juni 2015 di US$ 1.867 per metrik ton di tanggal 24 Januari. "Kenaikan harga aluminium terjadi setelah ada laporan pemangkasan kapasitas produksi China," tutur Wahyu.