Harga anjlok, petani karet semakin menjerit



JAKARTA. Seperti komoditas ekspor lainnya, harga karet dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan tanda-tanda penurunan. Harga karet yang sempat naik sekitar US$ 1,6 - US$ 1,7 per kilogram (kg) anjok sekitar US$ 1,3 per kg.

Sementara di tingkat petani, harga karet juga turun menjadi sekitar Rp 5.000-Rp 6.000 per kilogram (kg), dari sebelumnya sempat menyentuh angkat Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Penurunan harga karet ini seiring dengan melambatnya perekonomian dunia yang membuat permintaan terhadap produksi karet ikut menurun.

Ketua Dewan Karet Indonesia, Azis Pane mengatakan, situasi dunia saat ini memang tengah sulit. Di Eropa masih terbelit dengan dampak krisis Yunani dan masalah imigrasi. Sementara pertumbuhan ekonomi China juga melambat.


Akibatnya, sejumlah industri ban menurunkan permintaan mereka karena turut terseret badai krisis tersebut. Di sisi lain, sejumlah negara di ASEAN kini menjadi negara produsen karet baru, seperti Laos, Myanmar, Kamboja, dan Vietnam.

Pasokan karet yang banyak berbarengan dengan permintaan yang menurun berimbas pada jatuhnya harga karet. "Tidak ada permintaan terhadap karet lagi, akhirnya harga karet turun," ujar Azis kepada KONTAN, Senin (7/9).

Azis mengatakan, kegagalan pemerintah merangkul negara-negara produsen karet yang baru membuat pasokan karet tidak terkendali di pasar internasional. Sebelumnya, untuk meredam harga karet dibentuklah tripartit yang terdiri dari Thailand, Indonesia, dan Malaysia.

Namun ketiga negara ini bukan lagi satu-satunya produsen karet di ASEAN sebab posisi Malaysia saja sudah digantikan Vietnam yang produksi karetnya tembus di atas 1 juta ton per tahun. Karena itu perlu dibentuk ASEAN Rubber Council yang terdiri dari delapan negara ASEAN penghasil karet. "ASEAN menyumbangkan 85% pasokan karet dunia, jadi ini perlu bersatu dulu," tambahnya.

Dengan membentuk ASEAN Rubber Council maka negara-negara produsen karet di ASEAN bisa membatasi dan mengatur pasokan karet yang masuk ke pasar dunia, sehingga tidak mengalami over pasokan dan harga tidak jatuh.

Sepanjang pekan lalu, harga karet jatuh 7,96% dari 178,30 yen per kilogram menjadi 164,10 yen per kilogram. Sementara produksi karet dari perkebunan-perkebunan terbesar turun 0,9% year on year ke 6,86 juta ton pada periode Januariā€”Agustus 2015. Impor karet China, negara konsumen karet terbesar dunia, turun 3,5% ke 2,54 juta ton pada periode yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri