KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin cs terjun usai Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan, tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam upaya pemerintah membangun cadangan bitcoin. Meski begitu, prospek aset digital tersebut dinilai masih akan tetap positif. Berdasarkan coinmarketcap, harga Bitcoin berada US$ 96.330 pada Minggu (22/12) pukul 16.05 WIB. Dalam 24 jam terakhir harganya turun 2,15%, mengakumulasi pelemahan 5,52% dalam sepekan.
Baca Juga: BlackRock Merilis Iklan Bitcoin Para Bitcoiners Justru Membencinya, Mengapa? Sejumlah aset kripto lainnya juga tercatat mengalami penurunan cukup besar dalam sepakan terakhir. Misalnya, Ethereum turun 13,25%, Solana 15,80%, dan XRP 6,79%. CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, pernyataan Powell memang memberikan dampak pada sentimen pasar kripto. Namun, ia menegaskan bahwa pasar kripto bersifat dinamis dan tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan satu lembaga saja. Ada banyak faktor lain yang berperan, seperti permintaan institusional, adopsi global, dan regulasi dari negara-negara besar. "Sentimen negatif seperti ini biasanya bersifat sementara dan akan diimbangi oleh katalis positif di masa depan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/12). Dus, efek pernyataan Powell lebih bersifat jangka pendek. Sementara ke depan, ia memproyeksikan pasar kripto cenderung akan kembali menemukan keseimbangannya. "Apalagi, faktor fundamental seperti permintaan dan pasokan tetap menjadi pendorong utama harga," sambungnya.
Baca Juga: Pernyataan Powell Bikin Pasar Kripto Anjlok, Investor Nantikan Reli Sinterklas Oscar menuturkan beberapa katalis yang dapat mendorong harga Bitcoin cs ke depan. Pertama, peristiwa Bitcoin halving yang telah mengurangi pasokan Bitcoin baru di pasar sehingga akan memicu kenaikan harga dalam jangka menengah hingga panjang. Kedua, adopsi institusi dan korporasi dengan semakin banyak lembaga keuangan besar yang mulai mengadopsi Bitcoin dalam portofolio mereka. Ketiga, regulasi yang lebih jelas yang memberikan kepastian hukum terhadap aset kripto. "Lalu ketidakpastian ekonomi global, inflasi, dan kebijakan suku bunga dapat mendorong minat terhadap Bitcoin sebagai 'safe haven asset' atau aset lindung nilai," papar Oscar. Memproyeksikan harga Bitcoin secara akurat merupakan tantangan karena pasar kripto sangat dipengaruhi oleh faktor global, termasuk sentimen pasar, kebijakan moneter, dan tren makroekonomi.
Baca Juga: Menggunakan Bitcoin untuk Perlindungan dari Inflasi Namun, dengan mempertimbangkan peristiwa Bitcoin Halving pada April 2024, harga Bitcoin berpotensi mengalami tren naik. Oscar menuturkan, beberapa analis dan lembaga keuangan memperkirakan harga Bitcoin dapat berada di kisaran US$ 120.000 hingga US$ 150.000 pada kuartal I 2025. Prediksi ini didukung oleh laporan dari Standard Chartered Bank yang memperkirakan harga Bitcoin bisa mencapai US$ 120.000, serta proyeksi dari Pantera Capital yang memprediksi harga Bitcoin bisa melebihi US$ 140.000 setelah peristiwa halving.
"Namun itu bukan angka pasti, makanya kami juga mendorong investor untuk melakukan riset mandiri agar pengambilan keputusan investasi menjadi lebih bijak," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto