Harga Aset Kripto Tertekan Jelang Akhir Pekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir pekan, market kripto terkulai lemah setelah dua hari berturut-turut terus reli kencang. Pergerakan sejumlah aset kripto teratas terjun ke zona merah dalam 24 jam terakhir.

Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap anjlok ke zona merah pada perdagangan Jumat (28/10) pukul 14.13 WIB. Dari pantauan CoinMarketCap, Bitcoin berada di harga US$ 20.263, turun 2,35% dalam 24 jam terakhir meskipun naik 6,52% sepekan terakhir.

Altcoin lainnya juga mengalami hal yang sama. Nilai Ethereum (ETH) ikut tenggelam minus 2,91% ke US$ 1.511 sehari terakhir dan naik 17,73% dalam sepekan. Cardano (ADA) dan Shiba Inu (SHIB) turun lebih dari 5%.


Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, sepekan terakhir market kripto memiliki volatilitas yang tinggi dan memang terlihat tampak belum mampu reli panjang. Hal ini disebabkan oleh laporan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik.

"Jelang akhir pekan ini, market kripto berbalik arah. Investor tak sanggup melakukan akumulasi setelah adanya data terbaru soal perkembangan laju ekonomi AS. Aset kripto terkulai setelah investor mencerna hasil pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III," kata Afid dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (28/10). 

Baca Juga: Telah Hadir Artopologi, Marketplace Karya seni yang Terintegrasi dengan Blockchain

Biro Analisis Ekonomi AS merilis angka pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,6% pada kuartal III 2022, lebih baik dari ekspektasi analis 2,4%. Pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi seharusnya menjadi sentimen positif bagi aset berisiko. 

Namun di sisi lain, investor takut bahwa data makroekonomi AS yang cemerlang akan membuat bank sentral AS Federal Reserve semakin percaya diri untuk mengetatkan suku bunga acuan.

"Dengan situasi ekonomi AS yang membaik bisa membuat sinyal kepada The Fed untuk bisa menaikkan suku bunga acuannya. Mereka menganggap ini merupakan waktu yang tepat untuk menggenjot suku bunga guna menekan inflasi, tapi tidak berdampak buruk kepada ekonomi karena sudah mulai rebound," terang Afid.

Baca Juga: Pasar Kripto Makin Menghijau, Harga Bitcoin Tembus US$ 21.000

Selain perkara makroekonomi, pelemahan aset kripto ini juga disebabkan oleh ketakutan investor terhadap amblesnya pasar saham AS akibat kinerja perusahaan raksasa teknologi yang buruk. Hal ini dapat dimaklumi mengingat aset kripto dan saham teknologi berkategori growth stocks memiliki profil risiko yang mirip.

Di samping itu, FOMC Meeting yang digelar The Fed pada 1-2 November 2022 menjadi sentimen negatif buat market kripto. Kemungkinan, market belum bisa rebound hingga keputusan sikap The Fed keluar. The Fed diperkirakan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (bps) dalam pertemuan mendatang.

Secara teknikal, penurunan harga BTC saat ini mungkin masih akan terus berlanjut dan dianggap valid karena sejalan dengan volume transaksi yang mulai menurun. Level support terdekat BTC saat ini ada di posisi harga US$ 20.050.

"BTC mungkin masih kuat untuk melakukan retest agar tidak turun terlalu jauh. Investor masih sedikit punya sikap bullish. Namun, bila breakdown, level support selanjutnya berada pada 50-day EMA di level US$ 19.860, yang berfungsi sebagai tahanan apabila support terdekat tidak mampu menahan laju penurunan harga Bitcoin," pungkas Afid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati