Harga Aset Kripto Tertekan, Momentum Masuk atau Tunggu?



KONTAN.CO.ID - LABUAN BAJO. Prospek jangka panjang aset kripto tetap positif. Penurunan harga aset kripto dapat menjadi momentum masuk.

Berdasarkan data coinmarketcap.com, pada Senin (5/8) hingga pukul 22.51 WIB, harga Bitcoin (BTC) berada di level US$ 54.411 atau turun 20,24% dalam sepekan dan turun 8,11% dalam 24 jam terakhir. Sementara Ethereum (ETH) turun 26,21% sepekan ke level US$ 2.444 dan dalam 24 jam terakhir turun 13,63%.

Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa harga BTC dan ETH tertekan akibat berbagai faktor ekonomi dan geopolitik yang berdampak negatif pada pasar kripto. Karenanya, pada kuartal III ini harganya akan mengalami volatilitas yang cukup tinggi.


Namun, prospek harga BTC dan ETH tetap memiliki potensi pemulihan ke depan. Beberapa katalis utama dapat mendorong harga kembali naik, seperti pemulihan ekonomi global dan kebijakan moneter the Fed yang berpotensi menurunkan suku bunga dapat meningkatkan likuiditas pasar dan menarik kembali minat investor pada aset kripto.

Baca Juga: Harga Aset Kripto Masih Berpotensi Turun Lebih Lanjut

Lalu adopsi dan inovasi teknologi. Misalnya, peluncuran produk keuangan baru, termasuk ETF Ethereum spot, menunjukkan minat yang meningkat dari investor institusional, yang dapat memberikan dorongan signifikan pada harga.

"Stabilitas geopolitik juga memainkan peran penting, dengan meredanya ketegangan global dapat mengurangi ketidakpastian pasar dan memberikan ruang bagi harga kripto untuk naik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/8).

Secara teknis, Fyqieh melihat BTC memiliki peluang untuk menguji ulang level support di sekitar US$ 44.000 hingga US$ 48.000, dengan adanya pembentukan blok pesanan mingguan dan garis Fibonacci di kisaran ini.

Menurutnya, jika BTC dapat bertahan di atas US$ 50.000, ada kemungkinan untuk kembali naik ke kisaran US$ 52.000 dan lebih tinggi lagi. Pada akhir tahun, jika situasi makroekonomi dan geopolitik stabil, harga Bitcoin bisa mencapai kembali level US$ 60.000 atau bahkan mendekati US$ 70.000.

Baca Juga: Wall Street Anjlok pada Senin (5/8), Kekhawatiran Resesi Semakin Mencekam

Dalam proyeksi kuartal III 2024, jika BTC berhasil bertahan di atas level support kunci US$ 50.851 dan US$ 55.708,24, ada peluang untuk melihat pembalikan tren bullish. "Fase konsolidasi yang terjadi di area ini juga dapat memberikan sinyal kuat bagi investor untuk masuk kembali ke pasar, terutama jika didukung oleh volume trading yang stabil atau meningkat," paparnya.

Ethereum, meskipun saat ini menunjukkan penurunan dalam jumlah alamat dompet baru dan aktivitas transaksi, dapat melihat peningkatan kembali jika investor mulai melihat nilai dari ETF Ethereum spot.

Ia berpandangan, jika tren ETF Ethereum spot meningkatkan permintaan dan aktivitas on-chain, maka Ethereum bisa kembali ke level US $3.000 hingga US$ 3.500 pada akhir tahun.

CEO Triv, Gabriel Rey juga melihat potensi aset kripto masih positif. Menurutnya, kondisi saat ini di luar pelaku ekspektasi pelaku pasar.

Dia mengatakan bahwa secara fundamental, pasca halving cost of production satu BTC akan mencapai US$ 100.000. Sehingga ia meyakini tinggal menunggu waktu harganya kembali naik, lantaran jika tidak pulih maka banyak penambang yang akan rugi, bahkan bangkrut.

Baca Juga: Harga Bitcoin Terus Tertekan hingga ke Level US$ 50.000, Begini Prospeknya

Selain itu Bitcoin ETF masih membukukan inflow yang positif, sehingga kondisi saat ini di luar ekspektasi pelaku pasar. Kemudian, pemangkasan suku bunga the Fed akan dilakukan pada September 2024.

"Jadi saya rasa market akan pulih kembali pada September," katanya.

Dengan kondisi saat ini, Gabriel menilai bisa menjadi momentum untuk masuk. Hanya saja, ia menyarankan untuk menggunakan strategi entry gate atau dollar cost averaging (DCA), mengingat volatilitas yang tinggi.

Fyqieh juga berpandangan serupa. Menurutnya, dengan potensi keuntungan jangka panjang yang ada maka investor bisa memanfaatkan peluang untuk masuk di harga bawah.

"Namun harus menggunakan uang dingin mengingat risiko penurunan yang mungkin terjadi," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati