Harga Avtur hingga Sertifikasi Pilot Mahal, Bos Garuda Minta TBA Segera Dikerek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menekan pemerintah untuk segera mengupayakan revisi tarif batas atas (TBA) tiket pesawat. Hal itu diperlukan guna menjaga pendapatan di tengah melemahnya dolar yang berdampak pada harga bahan bakar.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menjelaskan, revisi TBA itu juga perlu segera direalisasikan mengingat beban operasional yang ditanggung maskapai tidaklah murah. Salah satunya, untuk menutup biaya sertifikasi pilot yang tinggi.

“Perlu dipahami ya, ini industri yang highly regulated, sudah kayak perbankan lah di bawah sedikit. Nah untuk bisa jadi peserta di industri ini harus ikuti regulasi, untuk ikuti regulasi itu biayanya mahal,” jelasnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (3/7).


Irfan menyebut, urgensi revisi TBA itu sudah di depan mata. Pasalnya, tarif batas atas belum berubah selama 5 tahun atau tepatnya sejak 2019. Karenanya, regulasi itu dipandang tidak lagi relevan dengan pergerakan komponen yang digunakan.

Baca Juga: Industri Penerbangan Bisa Bangkrut Jika Revisi Tarif Batas Atas (TBA) Tak Dilakukan

Terlebih, harga avtur yang makin mahal akibat  melemahnya rupiah juga perlu dijadikan pertimbangan untuk pemerintah segera mengerek tarif batas atas tersebut.

“Coba, dolar berapa kursnya? Avtur berapa? Sekarang sudah Rp16.000 kan (per dolar)? Kan ini banyak kita masih pakai komponen dolar, gitu loh. Jadi, saya memang terus terang terbuka minta TBA ini dinaikin supaya kita juga bisa napas kan,” tambahnya.

Meski bersikeras meminta TBA untuk dapat segera direvisi, Irfan masih enggan menyebut berapa persen idealnya usulan TBA baru nantinya. Yang jelas, kata Irfan, penyesuaian TBA perlu dilakukan dengan perhitungan yang akurat.

“Dihitung yang lebih pas lah. Jangan main percentage, gak usah lah. Mari kita duduk sama-sama (untuk menentukan kenaikan TBA),” pungkasnya.

Baca Juga: Pelemahan Rupiah Bikin Pesawat Susah Mengudara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati