KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga telur ayam di pasaran melambung hingga tembus ke atas Rp 30.000 per kilogram (kg). Sebaliknya, harga ayam justru anjlok, disinyalir karena kelebihan pasokan bibit ayam umur sehari alias day old chicken (DOC). Pasar pun tampak merespons pergerakan harga produk unggas tersebut. Empat saham emiten yang bergerak di bisnis unggas (poultry) memerah pada perdagangan Jumat (19/8). Padahal sehari sebelumnya saham-saham ini kompak menguat di atas 2%. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, lonjakan harga telur tidak akan berdampak signifikan bagi kinerja emiten poultry. Selain porsi penjualan yang mini, harga telur dari produsen juga sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan.
Jangka pendek
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo juga menilai penurunan harga komoditas unggas di pasaran cuma berdampak jangka pendek. Ini sudah diantisipasi oleh investor dengan penurunan saham poultry sejak kinerja keuangan sektor ini melambat pada kuartal III-2021. "Investor cenderung wait and see terhadap kinerja keuangan per kuartal III-2022," terang Praska. Baca Juga: Ekonomi Tumbuh Positif, Analis Sarankan Cermati Saham Sektor Ini Secara fundamental, rekomendasi Praska masih netral terhadap saham poultry. Jika ingin masuk, Praska menyarankan trading buy jangka pendek sembari mencermati pola harga sahamnya. Menurut dia, saham JPFA masih menarik dengan price earning ratio (PER) 11 kali, serta pola harga saham yang sudah menembus resistance di level Rp 1.550. Jika bertahan, target harga JPFA selanjutnya di Rp 1.700.JPFA Chart by TradingView