KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kenaikan harga baja di pasar global disambut baik oleh sejumlah emiten produsen baja. Meskipun begitu, para emiten baja mengungkapkan akan terus menjalankan strategi agar kinerja mereka bisa terus membaik hingga akhir tahun 2024. Melansir RTI, Minggu (6/10), harga baja ada di level US$ 724 per ton. Angka ini naik 3,58% dalam sebulan, tetapi terkoreksi 1,36% dalam seminggu. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP) melihat, membaiknya harga baja dalam sebulan terakhir kemungkinan disebabkan oleh stimulus perekonomian China.
“Untuk indonesia sendiri sekarang masih cukup aman dengan permintaan sektor infrastruktur,” ujar
Corporate Secretary Steel Pipe Industry of Indonesia, Johannes W. Edward, kepada Kontan, Senin (30/9). Johannes mengatakan, peluang pasar baja domestik masih sangat baik dibandingkan ekspor. Hal itu membuat ISSP masih fokus di pasar domestik. “Kinerja kami sendiri hingga bulan Agustus 2024 tidak bisa dibilang jelek, bahkan cukup memuaskan dan berhasil memperkecil ketinggalan dari tahun 2023 secara signifikan,” tuturnya.
ISSP Chart by TradingView Buka peluang ekspor Disisi lain, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (
KRAS) mengklaim, penjualan perseroan sejak tahun 2020 hingga 2022 mengalami peningkatan. Plt Direktur Utama KRAS, Tardi mengatakan, pada tahun 2021 penjualan perseroan naik 24% dibandingkan tahun 2020 dan pada tahun 2022 mengalami peningkatan 1% dibandingkan tahun 2021. Pada kuartal I 2023, KRAS juga melakukan penjualan dengan jumlah yang cukup besar. Namun, karena pada Mei 2023 KRAS mengalami
force majeure yang menyebabkan pabrik harus recovery, maka kondisi ini membuat penjualan tahun 2023 belum optimal. “Adapun pada tahun 2024 ini, pabrik juga masih dalam proses perbaikan dan dijadwalkan akan kembali berproduksi pada November 2024,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (4/10). Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan volume penjualan di antaranya adalah fasilitas produksi, biaya harga bahan baku, harga jual produk dalam negeri, harga jual produk luar negeri, nilai tukar, serta biaya pengiriman. Pada kuartal III 2024, Krakatau Steel Group berfokus untuk memenuhi kebutuhan market domestik ditengah fasilitas produksi yang saat ini masih dalam proses perbaikan dan kondisi global yang sedang tidak menentu. “Namun, Krakatau Steel Group tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor jika ada
available space of production untuk pasar ekspor,” paparnya.
KRAS Chart by TradingView Tardi menuturkan, agar produsen dalam negeri dapat menjaga utilisasi produksinya, dibutuhkan
support dari Pemerintah untuk melindungi produsen dalam negeri dalam hal pembatasan impor baja sampai dengan produk hilir. Jika mulai dari HR Coil sampai dengan produk hilir dibatasi impornya, maka permintaan HR Coil domestik akan meningkat dan utilisasi pabrik naik, sehingga bisa meningkatkan perekonomian dalam negeri. Pembatasan itu setidaknya dimulai dari 20% - 50% dan disesuaikan dengan kemampuan produksi dalam negeri “Tetap dibutuhkan
support dari Pemerintah untuk melindungi produsen baja dalam negeri untuk menjaga utilisasi produsen domestik tetap baik. Khususnya, peran pemerintah perpanjangan bea masuk anti dumping (BMAD) HRC/Plate dan pengenaan BMAD di pasar Batam,” tuturnya. KRAS juga melakukan beberapa strategi dalam menjaga kinerja perseroan ke depan. Pertama, meningkatkan sinergi di antara BUMN dalam rangka pemenuhan kebutuhan proyek-proyek strategis nasional. Kedua, melakukan bisnis
tolling dengan para mitra bisnis untuk mengonversi slab perseroan menjadi HRC selama produksi baja HSM1 dalam masa perbaikan. Ketiga, memaksimalkan penjualan trading HRC, HR Plate, all steel, by product, dan
industrial service. Keempat, melakukan koordinasi, pengawasan,
monitoring, dan evaluasi pelaksanaan penggunaan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) di lingkungan Perseroan dan Krakatau Steel Group. “Kelima, Joint Business Planning dan perbaikan
service level dalam rangka meningkatkan Share of Wallet (SOW) konsumen domestik dan penambahan negara tujuan
export saat
recovery produksi HSM 1 selesai,” tuturnya. Tardi memaparkan, target pertumbuhan pendapatan dan laba KRAS di tahun 2024 diharapkan maksimal sesuai dengan kondisi fasilitas produksi yang saat ini mengalami proses
maintenance dan sebesar pada saat masih dapat beroperasi secara normal.
Baca Juga: Pabrik KCC Glass di KIT Batang Mulai Beroperasi, Bisa Serap Sampai 2000 Pekerja Adapun porsi penjualan domestik tetap menjadi target utama karena sebagai BUMN baja dan produsen lokal terbesar, KRAS wajib memenuhi kebutuhan nasional. Jika ada
available space of production untuk pasar ekspor KRAS akan jualan ke pasar ekspor sebagai
balancing order maupun untuk menjaga pangsa pasar serta
brand image produk perseroan di luar negeri. “Rata-rata porsi penjualan domestik KRAS adalah sekitar 80% untuk mencukupi kebutuhan Tanah Air dan sisanya sekitar 20% untuk penjualan ekspor,” paparnya. Di sisa tahun 2024, KRAS tetap menjalankan skema bisnis lainnya seperti
tolling dan
trading, di samping persiapan perseroan yang akan melakukan produksi kembali di bulan November 2024.
“Kami berharap agar rencana tersebut dapat berjalan lancar dan tepat waktu, sehingga kami bisa kembali lagi ke pasar guna melayani dan memenuhi kebutuhan para pelanggan kami yang tengah menunggu HSM1 kembali beroperasi,” tuturnya. Dengan kembali beroperasinya HSM 1, akan membuat KRAS dapat kembali memenuhi kebutuhan pasar domestik dengan normal. Untuk produk hilir, KRAS tetap melakukan inovasi terkait produk, proses produksinya, inovasi terkait komersial baik skema pengadaan maupun skema penjualan. “KRAS juga berusaha memenuhi kebutuhan baja hilir seperti baja ringan tahan gempa, floordeck, bondek, guar rail, modular, tiang lampu dan lain sebagainya dengan anak perseroan maupun afiliasi perseroan, seperti dengan PT Krakatau Baja Konstruksi, PT Krakatau Posco, PT Krakatau Perawatan dan Perbengkelan dan lain sebagainya,” ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih