Harga barang ritel bisa menanjak 10%-15%



JAKARTA. Harga barang ritel bakal semakin mahal setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) sudah ambil ancang-ancang kembali menaikkan harga jual produk berkisar 10%-15%.

Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo, Satria Hamid Ahmadi menyatakan, harga barang ritel naik karena beban operasional meningkat sebagai konsekuensi kenaikan harga BBM. "Karena harga barang dari pemasok naik, maka harga akan naik juga," ujar dia kepada KONTAN, Rabu (1/5).

BBM merupakan komponen paling penting ketiga dalam operasional ritel, setelah upah buruh dan listrik. "Kami berharap pemerintah sudah cermat berhitung dampak inflasi akibat kenaikan harga barang," ujar Satria.


Di awal tahun ini, beberapa peritel sudah mengerek harga produk menyusul kenaikan upah buruh. Namun Satria tak menyebut persentasenya, karena besaran upah minimum di setiap provinsi berbeda.

Fernia Rosalie Kristanto, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pemilik waralaba Alfamart, menyebutkan kemungkinan harga jual produk di Alfamart naik bisa saja terjadi. "Kalau pemasok menaikkan harga jual, ya kemungkinan kami juga akan menaikkan harga jual," tutur dia kepada KONTAN.

Namun manajemen Sumber Alfaria belum bisa memproyeksikan besaran kenaikan harga produk ritel yang mereka jual. Yang pasti, pengelola Alfamart saat ini masih mengkaji kemungkinan menaikkan harga produk.

"Intinya, kenaikan harga jual produk kami bukan hanya dari kenaikan BBM. Harga BBM hanya berdampak secara tidak langsung terhadap Alfamart," ungkap Fernia.

Seperti diketahui, pemerintah berniat menaikkan harga BBM bersubsidi untuk semua jenis angkutan. Harga baru BBM bersubsidi mungkin di bawah Rp 6.500 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro