Harga batubara belum stabil, kinerja Delta Dunia (DOID) berpotensi stagnan di 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan jasa penambangan batubara PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) meraih kinerja keuangan yang kurang memuaskan sepanjang tahun lalu. Peluang kinerja emiten tersebut untuk bangkit pun tergantung dari perkembangan harga batubara global.

Sebagai catatan, di tahun lalu pendapatan DOID turun 1,20% (yoy) menjadi US$ 892,46 juta. Di saat yang sama, laba bersih DOID amblas 72,92% (yoy) menjadi US$ 20,48 juta.

Head of Investor Relations PT Delta Dunia Makmur Tbk Regina Korompis mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat kinerja keuangan DOID mengalami penurunan di tahun lalu. Ambil contoh harga batubara dunia yang kurang stabil serta curah hujan yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi kinerja operasional perusahaan.

Baca Juga: Laba Bersih DOID Anjlok 72,92% Terseret Penurunan Harga Batubara

Sekadar informasi, tahun lalu DOID mencatatkan volume pengupasan lapisan batuan penutup atau overburden removal (OB) sebesar 380,1 juta bank cubic meter (bcm) atau turun 3% (yoy) secara tahunan. Capaian tersebut sebenarnya masih sejalan dengan target DOID yakni sekitar 380 juta bcm—420 juta bcm di tahun lalu.

Adapun volume pengambilan batubara yang diraih DOID naik 18% (yoy) menjadi 50 juta ton di 2019 silam.

Regina belum bisa menjelaskan proyeksi kinerja keuangan DOID di tahun ini secara rinci. Namun, ketidakpastian harga batubara diyakini akan kembali berdampak bagi kinerja perusahaan tersebut.

“Kami mengekspektasikan pertumbuhan pendapatan yang flat untuk tahun 2020 mengingat ketidakpastian harga batubara,” terang dia, Jumat (28/2).

Ia menambahkan, DOID akan fokus pada peningkatan produktivitas operasional sekaligus efisiensi agar kinerja keuangannya tetap aman. Upaya lainnya dilakukan dengan cara optimalisasi aset yang lebih baik demi meningkatkan profitabilitas.

Manajemen DOID pun diperkirakan akan menggelontorkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) di bawah US$ 100 juta di tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti perbaikan dan pemeliharaan alat tambang dan teknologi informasi.

Di samping itu, DOID juga masih berurusan dengan negosiasi perpanjangan kontrak jasa penambangan dengan dua pelanggan besarnya, yakni PT Kideco Jaya Agung dan PT Berau Coal.

Sayang, Regina enggan membeberkan lebih dalam perihal perkembangan negosiasi tersebut. Ia hanya memastikan, proses negosiasi masih berlangsung hingga saat ini dan perlahan mulai memperlihatkan kemajuan. “Keduanya masih dalam proses,” kata dia.

Baca Juga: Pelemahan harga batubara menggerus laba Delta Dunia Makmur (DOID) hingga 72,9%

Kontrak DOID dengan Kideco Jaya Agung sebenarnya sudah selesai pada akhir tahun lalu. Sedangkan kontrak dengan Berau Coal akan habis di akhir tahun ini.

Dalam berita sebelumnya, pihak DOID masih melakukan kegiatan operasionalnya dengan normal di wilayah kerja kedua perusahaan tambang batubara tersebut kendati sedang dalam tahap negosiasi perpanjangan kontrak.

Di sisi lain, manajemen DOID tetap melirik peluang penambahan kontrak jasa penambangan yang baru di tahun ini. Namun, realisasi rencana tersebut sangat bergantung pada kondisi harga batubara ke depan.

Regina pun mengaku pihaknya memiliki beberapa pipeline target kontrak baru dari tahun 2019 yang masih tertunda pelaksanaannya. “Kami harapkan dengan harga batubara yang stabil, maka akan memudahkan kami menuju finalisasi kontrak,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi