JAKARTA. Harga batubara telah beranjak dari level terendahnya. Harga mulai membaik seiring rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif. Pemulihan ekonomi AS membangkitkan harapan kenaikan permintaan komoditas batubara.Data Bloomberg menunjukkan, Jumat (14/3), harga batubara untuk kontrak pengiriman Mei 2014 di Bursa ICE Futures tumbuh 2,23% dari hari sebelumnya menjadi US$ 75,45 per metrik ton. Sayangnya, jika dibandingkan akhir tahun 2013, harga batubara sudah terpangkas 10,44%. Sebelumnya (10/3), harga batubara sempat menyentuh level terendah sejak Maret 2009 sebesar US$ 71,60 per ton.Analis PT Pefindo, Guntur Tri Hariyanto mengatakan, kenaikan harga batubara didukung oleh membaiknya data ekonomi AS yang mele-bihi ekspektasi. Data penjualan ritel bulan Februari 2014 naik 0,3% setelah bulan sebelumnya minus 0,6%. Data penjualan ritel ini juga mengakhiri pertumbuhan negatif dua bulan berturut-turut. Sentimen positif juga datang dari persetujuan senat AS untuk memperpanjang paket insentif bagi warga yang menganggur. "Kondisi ini menjadi penanda positif bahwa ekonomi AS akan membaik setelah badai salju," kata Guntur (14/3).Sementara, analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, harga batubara secara fundamental belum ada perubahan yang berarti. "Harga batubara sebelumnya anjlok terkait krisis di emerging market dan perlambatan ekonomi China," kata Wahyu.Perekonomian China yang tengah melambat juga diperparah dengan ancaman gagal bayar obligasi korporasi yang sudah dialami oleh sebuah perusahaan energi di sana. Di saat bersamaan, persediaan batubara melimpah dan permintaannya minim. Menurut Wahyu, harga batubara yang jatuh telah membuat perusahaan batubara menghadapi kesulitan finansial.China juga tengah mengurangi pembangunan pembangkit listrik berbasis batubara dan mengalihkan ke energi yang lebih ramah lingkungan, seperti air, angin, dan nuklir. Artinya, penggunaan batubara dari China sebagai konsumen batubara terbesar akan menyusut.Secara teknikal, Wahyu bilang, saat ini harga masih jenuh jual (oversold). Relative strenght index (RSI) menginjak level 50% dan stochastic berada di level 79% yang berarti akan rebound terbatas. Sedangkan, indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif. Adapun, harga bergerak di bawah moving average (MA) 50 (78,00), MA 100 (80,00) dan MA 200 (81,00).Wahyu memprediksi, harga batubara akan bergerak konsolidasi di kisaran US$ 70–US$ 80 per ton dalam sepekan kedepan. Adapun, hingga akhir kuartal pertama ini, harga batubara akan bergulir di US$ 68–US$ 80 per ton.Sedangkan, Guntur memprediksi, harga batubara sepekan ke depan di kisaran US$ 73–US$ 75 per ton. Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, harga batubara bergerak di US$ 72–US$ 77 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga batubara beranjak naik
JAKARTA. Harga batubara telah beranjak dari level terendahnya. Harga mulai membaik seiring rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif. Pemulihan ekonomi AS membangkitkan harapan kenaikan permintaan komoditas batubara.Data Bloomberg menunjukkan, Jumat (14/3), harga batubara untuk kontrak pengiriman Mei 2014 di Bursa ICE Futures tumbuh 2,23% dari hari sebelumnya menjadi US$ 75,45 per metrik ton. Sayangnya, jika dibandingkan akhir tahun 2013, harga batubara sudah terpangkas 10,44%. Sebelumnya (10/3), harga batubara sempat menyentuh level terendah sejak Maret 2009 sebesar US$ 71,60 per ton.Analis PT Pefindo, Guntur Tri Hariyanto mengatakan, kenaikan harga batubara didukung oleh membaiknya data ekonomi AS yang mele-bihi ekspektasi. Data penjualan ritel bulan Februari 2014 naik 0,3% setelah bulan sebelumnya minus 0,6%. Data penjualan ritel ini juga mengakhiri pertumbuhan negatif dua bulan berturut-turut. Sentimen positif juga datang dari persetujuan senat AS untuk memperpanjang paket insentif bagi warga yang menganggur. "Kondisi ini menjadi penanda positif bahwa ekonomi AS akan membaik setelah badai salju," kata Guntur (14/3).Sementara, analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, harga batubara secara fundamental belum ada perubahan yang berarti. "Harga batubara sebelumnya anjlok terkait krisis di emerging market dan perlambatan ekonomi China," kata Wahyu.Perekonomian China yang tengah melambat juga diperparah dengan ancaman gagal bayar obligasi korporasi yang sudah dialami oleh sebuah perusahaan energi di sana. Di saat bersamaan, persediaan batubara melimpah dan permintaannya minim. Menurut Wahyu, harga batubara yang jatuh telah membuat perusahaan batubara menghadapi kesulitan finansial.China juga tengah mengurangi pembangunan pembangkit listrik berbasis batubara dan mengalihkan ke energi yang lebih ramah lingkungan, seperti air, angin, dan nuklir. Artinya, penggunaan batubara dari China sebagai konsumen batubara terbesar akan menyusut.Secara teknikal, Wahyu bilang, saat ini harga masih jenuh jual (oversold). Relative strenght index (RSI) menginjak level 50% dan stochastic berada di level 79% yang berarti akan rebound terbatas. Sedangkan, indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif. Adapun, harga bergerak di bawah moving average (MA) 50 (78,00), MA 100 (80,00) dan MA 200 (81,00).Wahyu memprediksi, harga batubara akan bergerak konsolidasi di kisaran US$ 70–US$ 80 per ton dalam sepekan kedepan. Adapun, hingga akhir kuartal pertama ini, harga batubara akan bergulir di US$ 68–US$ 80 per ton.Sedangkan, Guntur memprediksi, harga batubara sepekan ke depan di kisaran US$ 73–US$ 75 per ton. Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, harga batubara bergerak di US$ 72–US$ 77 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News