KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) masih terhambat di semester II-2019. Salah satu penyebab utama yang menghambat kinerja ITMG ialah harga batubara yang sedang fluktuatif. Hingga Selasa (23/7), harga batubara dunia berada di level 79,20 dollar AS. Rabu (24/7) pukul 18.00 WIB harga batubara untuk pengiriman Desember 2019 di ICE New Castle Futures ada di US$ 79,20 per ton. Harga batubara ini sudah turun sekitar 16,19% sejak awal tahun. Analis Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar dalam risetnya 3 Juli 2019 mengatakan, harga batubara internasional yang rendah ini berpengaruh negatif bagi ITMG. Mengingat 90% dari produksi batubara ITMG diekspor.
Selain harga batubara yang rendah, Isnaputra bilang, ITMG dan perusahaan tambang lainnya dihadapkan pada ketidakpastian penetapan harga domestik untuk tahun 2020 dan seterusnya. Ia menilai harga akan berdasarkan pasar permintaan dan penawaran. “Kami sudah mengasumsikan harga akan didasarkan pada pasar penawaran dan permintaan karena tidak adanya peristiwa politik besar pada tahun 2020,” tulis Isnaputra. Isnaputra juga berpendapat ITMG, anggota indeks
Kompas100 ini, harus mengatasi hal ini lebih baik dari perusahaan tambang lainnya. Hal ini dikarenakan penjualan domestik ITMG hanya 11% dari volume, lebih kecil dari
ADRO dan
PTBA. Sementara itu, Analis Trimegah Sekuritas Sandro Sirait mengatakan prospek ITMG saat ini cukup menantang. Alasannya, Sandro menyebutkan harga batubara kalori tinggi saat ini cukup berat. Ia menilai konsumen ITMG yang mayoritas berada di Korea dan Jepang lebih memilih mengganti penggunaan batubara menjadi LNG yang dinilai lebih murah. Untuk mengatasi hal tersebut, Sandro berpendapat solusi yang tepat untuk mengatasi masalah harga ini yaitu pemotongan
cost dari emiten tersebut. Upaya tersebut sudah tampak dengan memiliki distributor. “Itu bagian dari mereka punya
effort untuk mengurangi
cost,” ujar Sandro. Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo juga bilang prospek IMTG masih belum cukup bagus lantaran harga batubara turun. Menurutnya, prospek baik yang dimiliki oleh ITMG pada semester II hanya dari segi produksi yang berpeluang meningkat. Walaupun dari segi produksi masih terlihat baik, Thomas berpendapat peningkatannya tak begitu besar dari semester sebelumnya. Ia menilai peningkatan hanya akan berada di kisaran 1%-2%. Thomas berpendapat salah satu upaya yang bisa dilakukan ITMG saat ini agar masih bisa mengejar target tahun ini ialah fokus pada efisiensi kinerja. Hal tersebut terkait dengan biaya operasional dan memaksimalkan jam kerja. “Mereka bisa mengurangi
opex atau memaksimalkan jam kerja sehingga bisa mengurangi COGS dan sebagainya,” ujar Thomas Untuk saham ITMG, Thomas masih merekomendasikan beli di harga Rp 24.500. Hal itu dikarenakan Thomas optimistis dari segi fundamental masih kuat. Alasannya, tidak ada halangan yang begitu besar dan harga batubara yang kemungkinan akan naik.
“Walaupun saat ini harganya di kisaran US$ 70 per ton, tapi saya kira masih akan di level US$ 85-an per ton,” ujar Thomas. Berbeda, rekomendasi Sandro untuk ITMG masih netral. Alasannya, masih ada risiko karena harga batubara kalori tinggi bisa digantikan oleh LNG yang lebih murah. Dengan rekomendasi tersebut, Sandro memasang target harga Rp 19.000. Sedangkan, Isnaputra dalam risetnya merekomendasikan
hold saham ITMG dengan target harga Rp 18.800. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi