Harga batubara bisa menurun lagi



JAKARTA. Harga batubara menguat. Data impor batubara India pada sepanjang Oktober 2013 yang naik, telah mendekatkan harga komoditas emas hitam tersebut ke level harga tertinggi dalam beberapa bulan terakhir yakni pada 12 Oktober lalu.

Meski menguat, harga batubara masih berpotensi turun. Dalam tiga tahun terakhir, harga batubara mencatat penurunan berturut-turut.

Di Bursa ICE Eropa, sampai dengan Kamis (5/12), harga batubara untuk pengiriman Februari 2014 menguat 0,29% menjadi US$ 86,55 per metrik ton. Harga ini hanya terpaut 0,53% dengan harga tertinggi 12 Oktober lalu.


Berdasarkan data pengiriman batubara dari Interocean, perusahaan importir batubara yang berbasis di New Delhi, sepanjang Oktober lalu, impor batubara dari India mencapai 13,3 juta ton. Impor yang dilakukan oleh Adani Enterprises Ltd, Tata Group, Baja Authority India itu terdiri dari 10,50 juta ton batubara uap dan 3,23 juta cooking coal.

Guntur Tri Hariyanto, analis Pefindo mengatakan, kenaikan impor batubara dari India ini menyulut katalis positif bagi pergerakan harga. India adalah konsumen batubara terbesar ketiga di dunia. "Selain itu, penguatan ditopang oleh kenaikan permintaan batubara saat musim dingin tahun ini," kata Guntur.

Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri mengatakan, pergerakan harga batubara masih sideways. Pergerakan datar harga batubara dipicu oleh pasokan yang banyak dan permintaan musim dingin yang meningkat.

Dilihat dari posisi harga, batubara masih bergerak datar di resistance US$ 90 per metrik ton dan support terdekat US$ 85 per metrik ton. Menurut Kiswoyo, selama ini harga batubara masih sulit menembus harga US$ 90 per metrik ton sehingga harga sulit naik.

Guntur memperkirakan, kenaikan harga batubara kemungkinan akan berlanjut sampai beberapa hari ke depan. Selain masih tertopang data impor India, penguatan juga ditopang oleh impor batubara Jepang yang naik 26% pada bulan Oktober 2013 dibanding periode yang sama tahun lalu.

Namun, penguatan tidak akan besar. Penurunan tingkat permintaan China dan bayang-bayang ketakutan pasar atas pasokan batubara akan menyulitkan penguatan batubara. "Mungkin akan mentok di US$ 88 sampai akhir tahun," kata Guntur.

Kiswoyo memprediksi, harga batubara malah cenderung bergerak mendekati support di US$ 85 per metrik ton. Bila support ini bisa ditembus, harga berpotensi turun hingga mencapai level US$ 80 per metrik ton. Sehingga, untuk sepekan ke depan harga batubara berpotensi turun.

Dari faktor fundamental, Kiswoyo mengatakan, isu penghentian stimulus oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan menjadi ancaman bagi harga komoditas seperti batubara. Apalagi sejumlah data ekonomi AS menunjukkan hasil positif. Jika data pengangguran AS yang dirilis, Jumat malam (5/12), menunjukkan hasil positif, maka kemungkinan besar harga komoditas akan jatuh.

Ia menambahkan, pergerakan harga batubara juga akan dipengaruhi oleh permintaan dari China yang merupakan negara konsumen terbesar komoditas di dunia. China rencananya akan mengurangi pemakaian batubara karena polusi udaranya yang sangat parah. "Jadi, biarpun ekonomi China membaik, pemakaian batubara akan dikurangi dan digantikan dengan gas yang tingkat polusinya lebih kecil. Ditambah dengan pasokan gas yang cukup terutama untuk musim dingin ini," ujar Kiswoyo.

Kiswoyo memprediksi, harga batubara pada tahun depan akan terus menurun karena pengurangan permintaan dari China, terutama setelah musim dingin. "Jika sudah lewat musim dingin maka akan batubara hanya akan jadi cadangan," katanya.

Sepekan ke depan, Kiswoyo menebak, harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 80-US$ 90 per metrik ton. Guntur memperkirakan, sepekan ke depan, harga batubara akan menguat di kisaran US$ 86- US$ 88 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati