KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara cenderung turun pada Desember 2022. Harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Januari 2023 berada di level US$ 371 per ton pada Jumat (23/12). Angka tersebut turun dari harga pada awal Desember yang berada di sekitar US$ 405 per ton. Harga ini juga sudah merosot dari harga puncak batubara yang mencapai US$ 450 per ton pada pertengahan kuartal ketiga 2022. Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, meski surut dalam beberapa bulan terakhir, harga batubara tetap lebih tinggi daripada rata-rata dua tahun terakhir. Untuk ke depannya, harga batubara juga diprediksi tetap menarik.
Pasalnya, batubara menjadi energi alternatif Eropa di tengah terbatasnya pasokan minyak dan gas akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Permintaan batubara China sebagai konsumen terbesar batubara dunia juga akan meningkat seiring cuaca yang lebih dingin dan potensi pelonggaran kontrol Covid-19 secara bertahap.
Baca Juga: Fakta, Orang Terkaya RI Low Tuck Kwong Tak Menghargai Saham BYAN Setinggi Harga Pasar Meningkatnya permintaan baja juga akan berefek positif bagi batubara, mengingat posisinya sebagai bahan bakar utama produksi baja. Permintaan baja utamanya berasal dari India yang dibutuhkan untuk industri konstruksi dan otomotif. Wahyu memprediksi, permintaan batubara akan meningkat 3%-4% secara global pada tahun 2023. Akan tetapi, produksi mungkin tidak sesuai dengan skala tersebut karena keengganan bank untuk mendanai proyek batubara. Perubahan iklim juga semakin membatasi dana institusional dan bank untuk berinvestasi di sektor batubara. "Hal ini akan mengarah ke situasi di mana permintaan batubara akan meningkat, tetapi pasokannya terbatas," ucap Wahyu saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/12).
Baca Juga: Peta Kapitalisasi Pasar Terbesar Berubah Di sisi lain, ada ancaman yang datang dari potensi resesi global. Harga komoditas tertantang untuk bertahan stabil, tetapi bisa jadi melemah jika resesi tersebut cukup menekan. Meskipun begitu, jika resesi memburuk, maka hal ini bisa menjadi momen bagi bank sentral Amerika Serikat The Fed untuk mengubah arah kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga acuan. Jadi, ancaman resesi memicu harga sulit naik, tetapi kebijakan merespons resesi akan cenderung mendukung harga naik. "Setiap pelemahan komoditas akibat resesi berpotensi diimbangi
rebound komoditas akibat pelonggaran moneter dan stimulus," ucap Wahyu. Dia memprediksi, harga batubara tahun 2023 akan berada di kisaran US$ 200-US$ 450 per ton dengan level wajar konsolidasi di US$ 300 per ton. Harga tertinggi berpotensi dicapai pada kuartal ketiga atau kuartal keempat tahun 2023.
Baca Juga: Tren Naik Harga Komoditas Menjadi Pendorong Perpanjangan Kontrak Perusahaan Tambang Analis DCFX Futures Lukman Leong menambahkan, harga batubara pada akhir tahun 2022 sampai dengan awal tahun 2023 dapat mencapai US$ 370 per ton-US$ 410 per ton. Hal ini didukung oleh pelonggaran zero-Covid policy di China hingga paling tidak kuartal kedua 2023. Pelonggaran tersebut dapat meningkatkan permintaan batubara, mengingat China merupakan konsumen batubara terbesar di dunia. Selain itu, pelaku pasar juga mengantisipasi langkah kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yang diprediksi tidak akan terlalu agresif. Perkembangan terkait kedua hal ini akan menjadi faktor penentu pergerakan harga batubara ke depannya. "Faktor pendorong kenaikan lainnya berasal dari belahan bumi utara memasuki musim dingin," kata Lukman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati