Harga Batubara Cetak Rekor, Ini Rekomendasi Saham Emiten Batubara Jagoan Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih terus memanas. Kontan.co.id mencatat, harga batubara Newcastle di bursa ICE untuk kontrak pengiriman Oktober 2022 baru saja kembali mencetak rekor tertinggi di angka US$ 465 per ton untuk kontrak pengiriman Oktober 2022.

Faktor pendorongnya tidak jauh-jauh dari perkara supply dan demand yang juga turut dipengaruhi memanasnya tensi geopolitik antara Rusia dan negara-negara Uni Eropa. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan, penguatan harga batubara didorong oleh persoalan disrupsi rantai pasokan atau supply chain disruption di tengah permintaan batubara dari negara-negara Eropa.

“Rusia kan membalas sanksi ekonomi negara-negara Eropa dengan memblokade pasokan gas ke Eropa, Eropa mau tidak mau membuka kembali pembangkit listrik bertenaga batubara sehingga demand terhadap batubara global meningkat,” terang Nafan saat dihubungi Kontan.co.id (6/9).


Menurut Nafan, kenaikan harga batubara global bakal menguntungkan emiten batubara yang melakukan penjualan ekspor. Alasannya, kenaikan harga batubara global bisa meningkatkan harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP) dalam penjualan hasil ekspor perusahaan. Walhasil, kinerja keuangan perusahaan juga bisa ikut terdongkrak.

Baca Juga: Terkoreksi 15% Sejak Awal Tahun, Begini Prospek Saham BSI (BRIS)

“Emiten bisa mendapatkan benefit dari meningkatnya kinerja dari average selling price. jadi ini bisa positif untuk peningkatan kinerja baik itu top line maupun juga bottom line,” imbuh Nafan.

Terlepas dari peluang yang muncul, perusahaan batubara dalam negeri juga menghadapi tantangan tersendiri dalam memaksimalkan peluang kenaikan harga. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI),  Hendra Sinadia mengatakan, harga batubara masih sangat fluktuatif. Di sisi  lain, perusahaan batubara dihadapkan pada tantangan berupa kendala cuaca dan ketersediaan alat berat.

Sejauh ini, langkah perusahaan batubara sendiri masih beragam dalam menyikapi pergerakan harga batubara.

“Ada yang menaikkan produksi, tetapi banyak juga yang stick tetap dengan target produksi yang sudah disusun di awal tahun. Overall, average selling price yang tinggi berdampak positif bagi perusahaan,” tutur Hendra kepada Kontan.co.id (6/9).

Berdasarkan wawancara Kontan.co.id, sejumlah emiten besar batubara masih mempertahankan rencana produksi perusahaan yang sudah disusun sebelumnya. PT Adaro Energy Indonesia Tbk misalnya.

Emiten batubara berkode saham ADRO itu masih menjalankan bisnis sesuai  dengan target produksi batubara yang telah ditetapkan, yaitu  sebesar 58 – 60 juta ton.

Head of Corporate Communication ADRO, Febriati Nadira mengatakan, ADRO akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.

“Adaro juga akan senantiasa mengikuti ketentuan  DMO (domestic market obligation) dan kami masih me-mantain ekspor di wilayah Asia Tenggara, China, Asia Timur, India, Selandia Baru,” imbuh Nadira saat dihubungi Kontan.co.id (6/9).

Baca Juga: Laba Bersih Menyusut, Rekomendasi Saham Indofod (INDF) dari BRI Danareksa

Sepanjang Januari-Juni 2022 lalu, ADRO telah mencatatkan produksi sebanyak 15,87 juta ton batubara. Jumlah tersebut naik 16% dibanding realisasi produksi batubara ADRO pada Januari-Juni 2021 yang berjumlah 13,64 juta ton.

Sama halnya dengan ADRO, PT Golden Energy Mines Tbk juga masih berpegang pada target produksi awal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Emiten batubara berkode saham GEMS tersebut membidik target produksi maksimal 40 juta ton di sepanjang tahun 2022 ini.

“Kami yakin dengan performance di semester 1 yang mencapai (hampir) 18 juta, minimal bisa mencapai 36 juta untuk tahun 2022, semoga,” ujar Corporate Secretary GEMS, Sudin Sudiman kepada Kontan.co.id (6/9).

Sepanjang Januari-Juni 2022 lalu,  GEMS telah merealisasikan produksi batubara sebanyak 17,6 juta ton dengan realisasi volume penjualan 18,1 juta ton. GEMS optimistis, tren harga batubara yang tinggi bakal berdampak positif terhadap kinerja perusahaan di semester 2 2022.

Sementara itu, PT Bumi Resources Tbk justru telah merevisi target produksi batubara perusahaan menjadi sedikit lebih rendah dibanding target awal perusahaan. Emiten batubara berkode saham “BUMI” itu kini membidik target produksi sebesar 78 juta - 83 juta ton batubara di sepanjang tahun 2022. Sebelumnya, BUMI sempat mengincar target produksi 83 juta - 89 juta ton di awal tahun.

“Target produksi sedikit  diturunkan karena curah hujan yang tinggi sejak Desember 2021 akibat La Nina,” kata Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava kepada Kontan.co.id (6/9).

Sepanjang Januari-Juni 2022 lalu, BUMI telah memproduksi 35 juta - 36 juta ton batubara. Dus, BUMI berencana masih akan memproduksi sekitar 42 juta ton - 47 juta ton di semester 2 2022 dengan asumsi kondisi cuaca yang  mendukung serta harga batubara yang baik. 

Mirae asset Sekuritas rekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 4.500 dan hold saham PTBA dengan target harga Rp 4.500.

Pada penutupan perdagangan Selasa (6/9), saham ADRO ditutup di angka Rp 4.040 per saham, menguat 79,56% secara year-to-date (ytd). Sementara itu, saham PTBA ditutup di angka Rp 4.470 per saham, menguat 64,94% ytd.

 
PTBA Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi