Harga batubara dalam tren turun, begini rekomendasi analis atas saham ADRO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga batubara dunia diprediksi masih cenderung lemah sepanjang 2019. Hal tersebut, akanĀ  mempengaruhi prospek kinerja emiten produsen batubara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Pada perdagangan Kamis (25/4) harga saham anggota indeks Kompas100 ini ditutup pada zona merah di level Rp 1,290 atau turun 1,15%.

Analis Kreshna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, tekanan pada harga batubara berpeluang lanjut hingga akhir 2019. "Tentu saja, apabila negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih berlanjut," kata Robertus saat dihubungi Kontan, Kamis (25/4).

Untuk itu, dia memperkirakan tren kinerja dan prospek seluruh emiten batubara kalori rendah termasuk ADRO masih dalam tren penurunan. Hal ini seiring dengan penurunan harga batubara kalori rendah di pasar global saat ini.


Analis OCBC Sekuritas Inav Haria Chandra dalam risetnya Jumat (12/3) menilai beberapa sentimen negatif masih akan menghantui kinerja ADRO di 2019. Meskipun target produksi sepanjang 2019 mencapai 54 juta ton hingga 56 juta ton, namun emiten itu memangkas target EBITDA dari US$ 1,4 miliar di 2018 menjadi US$ 1 miliar hingga US$ 1,2 miliar.

"Pertumbuhan konsumsi batubara global kemungkinan lesu, mengingat potensi pertumbuhan ekonomi yang melambat dalam watku dekat," kata Inav dalam risetnya.

Di samping itu, permintaan impor dari negara-negara seperti China dan India juga tengah melemah, seiring rencana negara-negara tersebut untuk menaikkan produksi dan menekan impor.

"Kami juga memperkirakan harga rata-rata batubara sepanjang 2019 cenderung mengalami penurunan sekitar US$ 90 hingga US$ 100 per ton, lebih rendah dari catatan tahun lalu yang mencapai US$ 105 per ton," ujarnya.

Dengan begitu, Inav memangkas target harga untuk ADRO menjadi Rp 1.450 dengan rekomendasi Hold atau tahan. Sedangkan Robertus dari Kreshna Sekuritas merekomendasikan Buy untuk saham ADRO dengan target harga Rp 1.500 di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli