KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa pada tahun lalu, harga batubara mulai melandai tahun ini hingga berada bawah level US$ 300 per ton. Menurut Head of Corporate Communication Adaro Energy (
ADRO) Febriati Nadira mengatakan, Harga batubara memang tidak dapat diprediksi dan bergerak mengikuti siklusnya. Sehingga, naik turunnya harga batubara merupakan hal yang sudah biasa terjadi dalam industri ini. ADRO akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat dikontrol, seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya.
“Adaro optimis dengan prospek pertumbuhan ke depan terutama didukung oleh pertumbuhan permintaan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Asia Selatan,” kata Nadira kepada Kontan.co.id, Rabu (16/2). Nadira melanjutkan, ADRO akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan, dengan berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
Baca Juga: Gelar Buyback Saham Jumbo, Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) Berikut Ini Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan memprediksi harga batubara di 2023 ini akan relatif moderat, di kisaran US$ 200 sampai US$ 250 per ton. Felix memprediksi, kinerja ADRO di tahun ini memang akan mengalami moderasi, seiring harga batubara global yang juga sedang melemah. Namun beberapa upaya diversifikasi usaha dari ADRO bisa menjadi katalis positif, seperti pembangunan pabrik pengolahan (smelter) aluminium, inisiatif ke sumber energi listrik, dan kawasan industri di Kalimantan Utara. Inisiatif diversifikasi ini dapat menjadi penopang bisnis ADRO ke depannya. Jika dilihat dari price to book value (PBV), valuasi saham ADRO saat ini sudah relatif murah, dimana PB saham ADRO saat ini sudah berada di kisaran 1 kali saja akibat koreksi yang cukup sejak awal tahun. Jika dibandingkan dengan valuasi peers pun, saham ADRO juga jauh lebih murah. Sebut saja dengan PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) yang diperdagangkan dengan PB value di 1,52 kali dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan PB value 1,36 kali. Asal tahu, ADRO sedang melakukan aksi korporasi berupa pembelian kembali alias
buyback saham. Emiten pertambangan batubara ini akan melakukan buyback dengan nilai yang cukup jumbo, yakni sebanyak-banyaknya Rp 4 triliun.
Buyback akan dilakukan secara bertahap dalam periode tiga bulan terhitung sejak tanggal 15 Februari 2023 sampai dengan 15 Mei 2023.
Buyback tersebut sejalan dengan pergerakan saham ADRO yang cukup merosot sejak awal tahun. Asal tahu saja, ADRO menjadi satu dari sekian banyak saham di sektor energi yang berkinerja kurang apik sepanjang tahun ini. Mengutip RTI, saham emiten besutan Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini terkoreksi hingga 23,64% per penutupan perdagangan Rabu (15/2). Penurunan harga saham batubara baru-baru ini dinilai Felix akibat turunnya harga batubara acuan global. Ada sejumlah biang keladi turunnya harga batubara di awal tahun ini. Pertama datang dari penurunan harga gas alam di Eropa. Harga gas alam Eropa turun seiring dengan berakhirnya musim dingin, sehingga kebutuhan untuk listrik relatif berkurang.
Baca Juga: Adaro Minerals (ADMR) Siapkan Capex Hingga US$ 90 Juta di Segmen Batubara Metalurgi Selain itu, cadangan gas di Benua Biru tersebut juga relatif tinggi, yakni di level 70%. Hal ini menjadi sentimen negatif untuk batubara, karena gas merupakan sumber energi utama di Eropa. Di sisi lain, apabila penggunaan gas kembali sedia kala, maka permintaan batubara dari Eropa berpeluang melemah.
Kedua, datang dari China. Negeri Panda tersebut berupaya meningkatkan produksi di tahun ini. Peningkatan produksi ini sejalan dengan pembukaan Kembali (
reopening) ekonomi China. Ditambah, indikasi perbaikan hubungan diplomatik antara China dan Australia, yang membuka peluang meningkatkan impor batubara dari Australia yang mana dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir relatif terhenti. Panin Sekuritas masih merekomendasikan
buy saham ADRO dengan target harga Rp 4.500. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari