KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas batubara masih terus membara. Mengutip
Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak Juli 2021 telah berada di level US$ 99,4 per ton pada perdagangan Jumat (14/5). Bahkan, harga batubara sempat menembus di atas level US$ 100, tepatnya pada level US$ 102,55 per ton pada perdagangan Kamis (13/5). Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery memperkirakan, harga acuan batubara tahun ini akan berada di rentang US$ 75,0 per ton. Salah satu sentimen datang dari larangan China atas impor batubara asal Australia. Kebijakan ini telah mengurangi ketersediaan batubara berkalori menengah sehingga menjadi katalis positif bagi pasar batubara Indonesia.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Kawasan Asia tahun ini yang didukung dengan masifnya program vaksinasi diperkirakan bakal mendongkrak permintaan sumber energi, salah satunya batubara.
Baca Juga: Penjualan batubara Harum Energy (HRUM) turun 13,4% pada kuartal I 2021 Michael menyebut, tahun ini China juga diprediksi masih akan mengalami ketatnya pasokan batubara. Mengutip dari China Electricity Council (CEC), konsumsi listrik tahun ini diperkirakan naik 7%-8% dibanding tahun 2020. Sentimen tambahan datang dari kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang meningkatkan target produksi batubara tahun ini, dari sebelumnya 550 juta ton menjadi 625 juta ton. “Selisih kenaikan 75 juta ton digunakan untuk pasar ekspor. Kebijakan pemerintah tersebut sudah tepat seiring dengan pemulihan ekonomi di pasar eskpor batubara Indonesia, yang akan meningkatkan permintaan batubara,” terang Michael kepada Kontan.co.id, Jumat (14/5). Di sisi lain, tsunami Covid-19 yang terjadi di India dapat memangkas prospek pertumbuhan permintaan batubara di India tahun ini. Potensi penurunan ini karena aktivitas ekonomi sebagian besar terkendala masifnya penularan Covid-19 di Negara Anak Benua tersebut.
Saham pilihan
Baca Juga: Pendapatan dan laba PTBA tertekan, simak rekomendasi analis Phillip Sekuritas Indonesia menjadikan saham PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) sebagai pilihan utama atau top picks di sektor batubara. Michael menilai, diversifikasi bisnis PTBA cukup menarik bagi potensi pendorong pertumbuhan emiten pelat merah ini ke depannya. Sejumlah diversifikasi yang dilakukan PTBA seperti gasifikasi batubara yang akan menyerap 6 juta ton batubara serta
power plant development yang dapat menyerap 5,4 juta ton batubara per tahun, menjadi daya tarik bagi emiten pelat merah ini. Selain PTBA, saham PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) juga menjadi top picks Phillip Sekuritas Indonesia di sektor batubara. Michael menyebut, model bisnis ADRO yang juga terdiversifikasi ke berbagai segmen bisnis seperti Adaro power, Adaro water, Adro mining, Adro land, Adro logistics menjadi daya tarik bagi saham ADRO.
Baca Juga: Pendapatan Harum Energy (HRUM) turun namun laba naik di kuartal I 2021 Meskipun pendapatan maupun laba bersih ADRO secara tahunan masih terkontraksi, Michael menilai, secara kuartalan kinerja keuangan ADRO menunjukan progress yang cukup baik.
Pendapatan misalnya, meningkat 19% secara kuartalan, terutama didukung oleh peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) dari batubara ADRO sebesar 21%. Peningkatan ASP ini masih dapat mengimbangi penurunan volume penjualan batubara sebesar 5,9% secara kuartalan. “ASP yang diprediksi masih di posisi yang kuat di kuartal kedua, serta perbaikan dari sisi produksi di kuartal kedua, dapat meningkatkan pendapatan ADRO di kuartal ini,” pungkas Michael. Untuk saham ADRO, Michael merekomendasikan beli (buy) dengan target harga Rp 1.600, sedangkan saham PTBA juga direkomendaikan buy dengan target harga Rp 3.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli