Harga Batubara Diproyeksi Masih Solid, Cek Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batubara menjadi salah satu komoditas yang harganya kemungkinan masih akan tetap tinggi untuk beberapa waktu ke depan. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jonathan Guyadi menilai, ada beberapa katalis jangka pendek dan menengah yang akan mengangkat harga batubara.

Pertama, menurut World Meteorological Organization (WMO), cuaca ekstrem mungkin masih berlangsung hingga awal 2023. Hal ini memperburuk kekeringan dan banjir di berbagai belahan dunia. Kondisi ini kemungkinan akan mempengaruhi produksi batubara

Kedua, dari sisi permintaan, ketegangan Rusia dan Ukraina dapat meningkatkan permintaan batubara karena Rusia memutus pasokan gas ke banyak negara Eropa. Asal tahu, Rusia menyumbang sekitar 43% dari suplai gas Eropa di 2022. Hal ini memaksa negara-negara tersebut untuk menghemat gas dan mengandalkan batubara sebagai sumber energi untuk menghadapi musim dingin yang akan datang.


Baca Juga: Indeks Sektor Energi Menguat 6,05% Sepekan, Saham BUMI Memimpin

Di sisi lain, terdapat potensi bearish harga batubara. Para ekonom saat ini cenderung memiliki opini bearish tentang prospek ekonomi China, terutama karena gejolak di pasar propertinya. Wabah dan lockdown Covid-19 kemungkinan mempengaruhi pertumbuhan PDB negara tirai bambu tersebut

Secara historis, Jonathan melihat korelasi yang kuat antara pertumbuhan PDB China dan harga batubara. Di sisi lain, masuknya batubara Rusia ke pasar ekspor Indonesia (termasuk India) dapat menjadi kompetitor bagi perusahaan batubara Indonesia, karena batubara Rusia lebih murah dan memiliki nilai kalori yang lebih tinggi.

Tarif royalti baru yang dikenakan pada perusahaan pertambangan batubara Indonesia juga dapat mempengaruhi kinerja mereka dalam jangka Panjang

Baca Juga: Harga Batubara Membara, Bukit Asam (PTBA) Optimistis Kinerja Dapat Meningkat

Sementara itu, pemerintah akan membentuk entitas yang akan menutup kesenjangan harga melalui pungutan ekspor, yang disebut badan layanan umum (BLU). Di antara perusahaan-perusahaan batubara di bawah cakupan analisis Samuel Sekuritas, Jonathan meyakini bahwa PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan mencatat kinerja terbaik dibanding para pesaingnya. Proyeksi ini didukung oleh tingginya harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).

Samuel Sekuritas melakukan perhitungan berdasarkan asumsi bahwa pemerintah akan mengenakan tambahan biaya ekspor sebesar US$ 5-US$ 10 per ton dengan imbalan ASP (skema badan layanan umum) domestik yang lebih tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan batubara di bawah coverage Samuel Sekuritas yang memprioritaskan ekspor akan mencatat laba bersih yang lebih rendah di 2023. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) akan mengalami penurunan laba bersih sekitar  111%, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) akan turun 7%, dan laba bersih PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan menurun 3%.

Samuel Sekuritas mempertahankan rating netral untuk sektor batubara. “Kami meyakini bahwa harga batubara akan tetap tinggi untuk beberapa waktu ke depan akibat ketegangan geopolitik, cuaca ekstrem, dan kemungkinan gelombang baru Covid-19,” tulis Jonathan dalam riset, Kamis (6/10).

Baca Juga: Ekspansi Strategis di Bisnis Non-Batubara Memoles Prospek Indika Energy (INDY)

Meskipun demikian, terdapat sejumlah risiko penurunan yang tidak boleh diabaikan, termasuk perlambatan ekonomi global, pasokan batubara Rusia, dan tarif royalti yang lebih tinggi.

Urutan saham pilihan alias top picks untuk perusahaan batubara oleh Samuel Sekuritas adalah ADRO, PTBA, BUMI, ITMG. ADRO diyakini memiliki neraca yang kuat, dan akan mencetak performa yang lebih baik daripada para pesaingnya ketika skema BLU diterapkan. Namun, perlu dicatat bahwa BUMI mungkin menjadi perusahaan dengan net cash pada 2023 jika non-preemptive rights berjalan dengan sukses.

Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 4.900 per saham, beli saham PTBA dengan target harga Rp 4.600 per saham, beli saham BUMI dengan target harga Rp 305 per saham, dan hold saham ITMG dengan target harga Rp 46.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati