KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2022 menjadi tahun yang menggembirakan bagi emiten batubara. Seiring dengan melejitnya harga batubara, kinerja emiten di sektor ini meningkat secara signifikan. Namun, pesta reli harga batubara diproyeksi tidak akan berlangsung lama. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap memperkirakan, harga batubara akan terkoreksi ke depan, seiring dengan banyaknya potensi risiko penurunan harga Terdapat sejumlah faktor yang bisa membuat harga batubara melandai.
Pertama, meningkatnya produksi batubara di China dan India.
Kedua, faktor tren energi terbarukan.
Ketiga, eksportir batubara
seaborn meningkatkan produksi untuk memanfaatkan kondisi harga batubara yang menguntungkan saat ini.
Baca Juga: Nikel Menebar Pesona, Korporasi Kakap Merangsek Bisnis Tambang dan Smelter Nikel Dus, Juan menurunkan rating sektor batubara menjadi netral dari sebelumnya
overweight. Mirae Asset mempetahankan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) sebagai pilihan utama
(top picks) dengan sejumlah pertimbangan.
Pertama, diversifikasi ADRO ke bisnis non-batubara yang dinilai akan menguntungkan ke depan.
Kedua,
positioning ADRO yang kuat di pasar batubara domestik, dan kondisi ini akan menguntungkan ketika skema badan layanan umum (BLU) diimplementasikan Adapun skema baru terkait
domestic market obligation (DMO) batubara ini diharapkan akan dimulai pada tahun 2023. Juan menilai, kebijakan ini akan menjadi katalis positif bagi perusahaan batubara uang mayoritas tujuan penjualannya merupakan pasar domestik. Hal ini akan meningkatkan rata-rata harga jual alias
average selling price (ASP) yang mengarah pada margin yang lebih tinggi Di antara perusahaan batubara dalam cakupan Mirae Asset Sekuritas, Juan melihat PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) akan menjadi emiten yang paling diuntungkan dengan kebijakan ini. Mengingat, emiten pelat merah tersebut memiliki porsi penjualan domestik terbesar sebesar 58% dari total penjualan batubara, diikuti oleh ADRO dengan 28% dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) dengan porsi penjualan domestik sebesar 21%.
Baca Juga: Harga Batubara Diproyeksi Melandai Tahun Depan, Simak Proyeksi Harganya ADRO juga menjadi emiten dalam cakupan Mirae Asset Sekuritas yang paling terpengaruh dengan skema royalti baru bagi pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK). Kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) ADRO berakhir pada Oktober 2022, sementara PKP2B ITMG akan berakhir pada tahun 2028. Di sisi lain, PTBA tidak akan terpengaruh dengan skema ini karena semua kontrak pertambangannya merupakan IUP.
Dengan situasi harga batubara yang tinggi saat ini di kisaran antara US$ 200 sampai US$ 400 per ton, skema baru ini dinilai Juan berdampak positif bagi ADRO. Dia memperkirakan laba bersih ADRO akan meningkat sebanyak 1% hingga 13% dengan asumsi harga batubara acuan (HBA) Indonesia sebesar US$ 150 sampai US$ 300 per ton. Namun, Juan mencatat skema baru ini akan berdampak negatif terhadap laba bersih ADRO jika HBA berada di kisaran US$ 81 sampai US$ 120 per ton. Juan merekomendasikan
trading buy saham ADRO dengan target harga Rp 4.200 per saham. Sementara untuk ITMG dan PTBA, Juan merekomendasikan
hold dengan target harga masing-masing Rp 39.400 dan Rp 3.650. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati