KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batubara menjadi komoditas primadona tahun ini dan sempat menyentuh level tertingginya sepanjang masa. Meski demikian, sejumlah analis menilai harga komoditas energi ini bakal melandai di tahun depan. Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya memproyeksi harga batubara tahun depan akan menurun ke harga rerata US$ 110. Proyeksi ini dengan melihat sejumlah sentimen, mulai produksi dari China dan India yang sudah kembali normal. Ditambah dengan ekspektasi adanya pelemahan permintaan pada kuartal kedua 2022 setelah musim dingin dan berakhirnya perayaan tahun baru Imlek.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan, China telah mempercepat persetujuan tambang batubara baru untuk meredakan krisis listrik pada tahun ini. Mengutip Bloomberg, pemerintah China telah memberi lampu hijau terhadap 220 juta metrik ton kapasitas batubara, sementara sebanyak 120 juta ton lainnya masih tertunda. Juan memperkirakan, produksi batubara domestik China akan naik signifikan pada kuartal ini. Di sisi lain, China masih harus menghadapi musim dingin, ditambah dengan adanya perayaan Tahun Baru China. Sehingga, Juan memperkirakan tingkat impor batubara China akan mulai menurun pada akhir Januari 2022, seiring dengan peningkatan produksi dalam negeri pasca perayaan Imlek.
Baca Juga: Window dressing berpotensi terbatas, cermati saham-saham berikut Transisi energi dari bahan bakar fosil juga menjadi tantangan bagi industri batubara. Terlebih, pada KTT COP26 terkait perubahan iklim, setiap negara peserta sepakat untuk meninjau kembali target emisi tahun 2030. Timothy membenarkan, turunnya harga batubara akan membuat profitabilitas emiten batubara akan akan menurun tahun depan. Namun seharusnya, kinerja emiten tambang batubara masih akan solid hingga periode kuartal I-2022 . Hal ini karena penjualan batubara biasanya terkontrak menggunakan indeks harga 3 bulan ke belakang. “Walaupun harga batubara menurun di 2022, margin dan profitabilitas dari emiten-emiten batubara seharusnya juga masih sangat baik,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Selasa (14/12). Timothy menjadikan saham PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) sebagai pilihan utama atau top pick di sektor batubara dengan target harga Rp 2.000. Dengan melihat harga batubara ke depan yang akan menurun, prospek ADRO seharusnya masih menarik karena emiten ini mampu menekan biaya operasional. Hal ini terlihat dari operational EBITDA margin milik ADRO yang cukup konsisten di level 35%-40%. Sementara Juan mempertahankan rating overweight terhadap sektor batubara Indonesia. Juan mengasumsikan harga batubara rata-rata pada 2022 akan turun menjadi US$ 100 per ton dari sebelumya US$ 126 per ton. Hal ini karena potensi penurunan permintaan dari China dan India seiring lonjakan produksi batubara domestik pada 2022, serta adanya sentimen pengembangan energi terbarukan. Namun, asumsi harga batubara sebesar US$ 100 per ton pada tahun depan dinilai masih menguntungkan bagi industri batubara Indonesia. Juan menjadikan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) sebagai saham pilihan utama. Sebab, bisnis ITMG lebih terkonsentrasi di segmen batubara termal.
Baca Juga: Bawa anak usaha IPO, Adaro Energy (ADRO) nilai pasar batubara metalurgi masih positif Sebagian besar batubara ITMG juga memiliki kalori menengah hingga tinggi, dan menjadi emiten dengan porsi ekspor terbesar yang berada dalam cakupan analisis Mirae Asset. Hal ini akan mendukung margin ITMG. Selain itu, yield dividen yang dihasilkan ITMG juga cukup tinggi. Juan merekomendasikan beli saham
ITMG dengan target harga Rp 25.000. Selain itu, Juan juga merekomendasilkan buy saham PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) dengan target harga Rp 2.200 dan trading buy saham PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) dengan target harga Rp 3.000. Namun, risiko rekomendasi ini di antaranya melemahnya harga batubara global dan perubahan regulasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi