Harga Batubara Diproyeksi Suram Tahun Depan, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara Newcastle anjlok hingga ke bawah US$ 130 per ton karena kelebihan pasokan. 

Trading Economics mencatat pada Selasa (17/12) pukul 20.38 WIB, harga batubara berada di level US$ 128,75 per ton, turun 1,53% dalam sehari. Dalam sepekan, harga batubara telah turun 7,31%. Ini menandai penurunan terbesar sejak bulan April 2024.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, harga batubara turun karena negara-negara importir seperti India dan China telah memenuhi kuota batubaranya alias persediaan telah penuh dari bulan November. 


"Sehingga saat memasuki musim dingin dari November hingga Januari, cadangan batubara sudah terpenuhi," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12). 

Baca Juga: Percepat Transisi Energi Bisa Dengan Menggenjot Pungutan Produksi Batubara

Di sisi lain, Ibrahim mencermati China kini mengurangi pemakaian batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap dan mulai beralih ke energi terbarukan. 

Sementara untuk kenaikan harga sebelumnya, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan penyebabnya adalah kekhawatiran La Nina di Australia yang ternyata tidak terjadi. Saat ini wajar harganya turun karena batubara sudah kelebihan pasokan. 

Ke depan, Lukman menilai prospek batubara masih akan suram. Namun pemangkasan suku bunga oleh bank sentral global diharapkan memberikan dampak positif, namun khusus untuk The Fed, prospeknya justru melemah, dengan prediksi penurunan hanya sebesar 75 bps tahun depan. 

Baca Juga: Banyak Tekanan, Komoditas Energi Sulit Bangkit di Tahun 2025

Selain itu stimulus dari China diharapkan dapat membantu mendorong harga batubara. Namun demikian investor saat ini masih skeptis apakah langkah tersebut akan cukup.

"Jika ada tambahan stimulus di masa depan, hal ini berpotensi mendukung harga batu bara ke kisaran US$ 100– US$ 120," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12). 

Ibrahim juga setuju prospeknya masih akan suram, ia memperkirakan tahun depan harganya di kisaran US$ 95 per ton-US$ 130 per ton. Proyeksi ini didasarkan semakin masifnya penggunaan energi terbarukan sehingga penggunaan batubara perlahan berkurang.

Selanjutnya: Pertamina Gas (Pertagas) Siap Tingkatkan Produksi LPG

Menarik Dibaca: Yogyakarta Hujan Ringan Mulai Sore, Pantau Prakiraan Cuaca Besok di DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati