JAKARta. Harga batubara nyaris terjatuh dari level US$ 90-an per ton. Prospek permintaan yang makin suram di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar global, menekan harga komoditas tambang ini. Kontrak batubara pengiriman Juni 2012 di bursa ICE Newcastle, Australia, tergerus ke US$ US$ 90,4 per ton, Jumat (25/5). Posisi harga itu adalah yang terendah sedikitnya dalam setahun terakhir. Stok batubara di Qinhuangdao, China, berada di level tertinggi dalam enam bulan terakhir. Hal ini dibaca sebagai sinyal makin melempemnya permintaan komoditas energi itu.
Stok batubara di Qinhuangdao mencapai 7,43 juta ton alias naik 15%, kenaikan tertinggi sejak 20 November tahun lalu. Permintaan batubara di China melandai karena adanya penghematan konsumsi listrik dan masalah perlambatan ekonomi Negeri Tembok Raksasa tersebut. "Pergerakan harga masih akan melemah hingga akhir kuartal ketiga ketika kebutuhan batubara oleh China meningkat," ujar Mark Pervan, Head of Commodity Research ANZ Banking Group, seperti dikutip Bloomberg. Importir batubara di China bahkan menunda impor batubara dari Indonesia setidaknya selama dua pekan karena suplai di China masih melimpah. Pasokan batubara China juga masih melimpah yang berasal dari Kolombia, Rusia, dan Amerika Serikat (AS). Data yang dirilis oleh Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China, mencatat, harga batubara berkandungan 5.500 kilokalori per kilogram adalah 765 yuan atau setara US$121 per ton, turun 0,6% dari pekan sebelumnya. Sinyal teknikal Renji Betari, Analis Komoditas Fisik SoeGee Futures, menilai, batubara terseret kejatuhan minyak mentah sepekan lalu hingga sempat menyentuh di bawah US$ 90 per barel. Dari analisa teknikal, batubara sudah terkoreksi dalam sehingga berpeluang berbalik arah alias rebound. Renji menilai, hal itu merupakan momentum beli dengan target harga terdekat di rentang US$ 105-US$ 110 per ton, sebulan mendatang. Indikator Moving Average Convergence/Divergence (MACD) juga mulai menunjukkan penguatan hingga di semester II nanti, harga batubara bisa melejit lagi ke US$ 107-US$ 110 per ton.
Menilik indikator musiman, batubara mencapai puncaknya pada bulan Agustus-September, dengan target harga US$ 115-US$ 120 per ton. Dari sisi fundamental, permintaan batubara oleh China sebagai importir terbesar batubara dunia, diprediksi hanya tumbuh 15%. Menurun dari tahun 2011 yang mencapai 30%. Sedangkan dari India, permintaan batubara kemungkinan tumbuh 20%. Ibrahim, Analis Harvest International Futures, menambahkan, masih ada harapan kenaikan harga batubara jika Eropa menunjukkan perkembangan signifikan dalam pemulihan krisis utang. Jika hasil pemilu ulang di Yunani pada 17 Juni sesuai harapan pasar, batubara bisa kembali melaju harganya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri