KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih berada di level harga tertingginya sepanjang masa. Di penutupan pasar Jumat (27/8), harga batubara ICE Newcastle kontrak September berada di angka US$ 171 per ton. Angka harga batubara ini terus naik sejak akhir tahun lalu. Founder Traderindo.com Wahyu Laksono, memandang penawaran dan permintaan masih menjadi penggerak utama kenaikan harga batubara yang sudah berlangsung sepanjang tahun ini. Gangguan pasokan dan permintaan listrik di China yang meningkat masih mendorong pasar batubara termal. Kekeringan awal tahun ini di China selatan menyebabkan kapasitas pembangkit listrik tenaga air tak beroperasi penuh. Hal ini turut menjadikan batubara sebagai komoditas berkinerja terbaik di tahun ini.
Baca Juga: Ada potensi hilang pendapatan dari PLTS Atap, begini strategi PLN menjaga kinerja Wahyu menambahkan, cuaca yang buruk di dua produsen batubara seperti La Nina di Indonesia dan kebakaran hutan di Australia memberikan dampak yang besar bagi batubara. Hal ini juga ditambah oleh berlanjutnya kasus Covid-19 yang memberikan dampak jangka pendek di pasar lalu lintas laut. Dengan nilai tukar dolar AS yang masih belum menguat, dia menaksir harga komoditas masih memiliki potensi menguat. Selain itu, kondisi makroekonomi global masih memberikan tenaga bagi komoditas. Hal ini terutama setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang belum memberikan lini waktu yang jelas mengenai tapering. Wahyu melihat, Powell masih akan menunggu data ketenagakerjaan karena pandemi masih mengancam. “Jadi wajar coal belum bisa digoyang oleh sentimen dolar AS,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id. Baca Juga: Kenaikan harga batubara global dongkrak kinerja Harapan Duta Pertiwi (HOPE)