Harga Batubara Masih Membara, Capai US$ 175 Per Ton di Akhir Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara Newcastle diprediksi mencapai US$ 175 per ton hingga akhir tahun 2023. Hal ini didorong ekspektasi meningkatnya aktivitas manufaktur China, langkah stimulus pemerintah China dan permintaan yang kuat dari India.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan, Jennifer A. Harjono, dan Abyan H. Yuntoharjo mengatakan bahwa untuk jangka pendek harga batubara Newcastle masih rentan terhadap tekanan penurunan. Terutama karena pemulihan ekonomi China yang sedang berlangsung.

Mereka memaparkan, China telah menimbun batubara pada tingkat yang lebih tinggi dalam dua bulan terakhir, meskipun pemulihan ekonomi lebih buruk dari yang diperkirakan.


"Pada bulan Mei, persediaan di pelabuhan-pelabuhan China telah mencapai tingkat yang sama dengan era sebelum pandemi," tulisnya dalam riset, Senin (19/6).

Selain itu, impor batubara China telah melonjak sejak bulan Maret karena pemerintah menyarankan untuk meningkatkan pasokan batubara untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan dari pembangkit listrik untuk keperluan pendingin ruangan.

Baca Juga: Perusahaan Batubara Tegaskan Komitmen Lanjutkan Proyek Hilirisasi

Jika ekonomi China pulih lebih cepat di semester II 2023, mereka melihat adanya kemungkinan lonjakan permintaan batu bara.

Sementara itu, sejak bulan April permintaan listrik di India mengalami tren kenaikan yang kuat, mencapai 223GW selama sembilan hari pertama di bulan Juni karena suhu yang tinggi. Lebih lanjut, mereka memperkirakan suhu akan mencapai 42-44 Celcius pada pertengahan Juni.

Oleh karena itu, pemerintah India mewajibkan pembangkit listrik yang menggunakan batubara impor untuk memaksimalkan kapasitas mereka mulai 12 Juni hingga 30 September 2023.

Tanpa adanya kepastian yang jelas mengenai kapan suhu akan turun, Mirae Asset percaya permintaan batubara impor di India akan tetap meningkat.

"Di sisi lain, kami tetap berhati-hati bahwa produksi batubara domestik di India mungkin akan terhambat oleh musim hujan yang berulang, biasanya dari bulan Juni hingga September," katanya.

Dari Rusia, negara itu diperkirakan akan mengekspor sekitar 220 juta ton batubara ke China, India, Vietnam, dan Malaysia sepanjang 2023, jumlah yang sama dengan 2022. Demikian pula, produksi batubara diproyeksikan akan tetap stagnan pada 440 juta ton.

Meskipun demikian, ekspor Rusia dilihat kemungkinan masih menghadapi beberapa hambatan karena adanya gangguan pada kapasitas kereta api yang terbatas ke arah timur.

Baca Juga: Harga Batubara Melandai, Simak Rekomendasi Saham-Saham Emiten Batubara Berikut Ini

"Kami memperkirakan ekspor batubara CV Rusia yang lebih murah dan lebih tinggi akan tetap relatif datar tahun ini, seiring dengan antisipasi perlambatan permintaan karena masih lambatnya aktivitas ekonomi di China hingga akhir tahun," paparnya.

Meskipun demikian, mereka tetap waspada terhadap potensi adanya tekanan penurunan jangka pendek pada harga batubara. Namun, permintaan dari India dapat berfungsi sebagai bantalan untuk mengurangi dampak dari lemahnya permintaan dari China.

Per 15 Juni, harga batubara Newcastle berada di US$ 136 per ton, turun 66% sejak awal tahun. Sebagai catatan, rata-rata harga batubara Newcastle di bulan Mei mencapai US$ 163 per ton atau turun 18% secara bulanan dan 139% secara tahunan.

Sebaliknya, harga acuan batubara CV tinggi Indonesia (ICI4) relatif stabil dalam 2 bulan terakhir, berada di kisaran US$ 73 - US$ 75 per ton.

"Kami percaya bahwa harga ICI4 akan terus relatif stabil dalam beberapa bulan ke depan, karena para eksportir besar lebih memilih batubara CV menengah ke atas yang lebih terjangkau," tambah dia.

Dengan demikian, Mirae Asset memproyeksikan dalam jangka pendek dengan mempertimbangkan dinamika permintaan dan penawaran di pasar batubara global, harga batubara Newcastle masih rentan terhadap tekanan penurunan.

Sementara itu, asumsi dasarnya untuk harga rata-rata batubara Newcastle adalah US$175 per ton pada tahun 2023. Asumsi ini didasarkan pada ekspektasi aktivitas manufaktur China yang relatif lesu pada kuartal III 2023, yang kemungkinan akan membaik mulai kuartal keempat, didukung oleh potensi langkah-langkah stimulus dari pemerintah China.

"Kami juga memperhitungkan permintaan yang kuat dari India untuk mendukung harga batubara," tutupnya.

Editor: Anna Suci Perwitasari