Harga batubara masih panas, Alfa Energi (FIRE) perbesar porsi produksi sendiri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) berencana memperbesar porsi batubara hasil produksi sendiri dalam total penjualan batubara perusahaan. Langkah ini menjadi strategi bagi emiten pertambangan dan perdagangan batubara tersebut dalam menghadapi tren kenaikan harga batubara.

Direktur Utama FIRE, Aris Munandar mengatakan, usaha pertambangan/produksi memiliki margin yang lebih menarik dibanding usaha perdagangan atau trading di saat harga batubara sedang mendaki

“Biaya produksi itu kan relatif flat, paling fluktuasi dari harga solar, manpower dan alat berat, itu faktor nya hanya nambah 10-15% dari basic cost. Kalau trading, harga naik ikut naik regardless apapun yang terjadi,” terang Aris saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (8/7).


Baca Juga: Alfa Energi Investama (FIRE) mengejar penjualan Rp 1 triliun tahun ini

Seperti diketahui, harga batubara tengah menunjukkan tren yang positif. Hal ini tercermin pada misalnya Harga Batubara Acuan (HBA) yang mencapai US$ 115,35 per ton pada bulan Juli 2021 ini.

Selain naik US$ 15,02 per ton dibanding posisi HBA bulan Juni 2021, HBA bulan Juli 2021 juga menjadi HBA tertinggi dalam 10 tahun terakhir sejak November 2011 lalu.

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Nah, penjualan batubara FIRE sendiri saat ini berasal dari 2 sumber, yaitu berasal dari kegiatan produksi sendiri melalui anak usaha, yakni PT Alfara Delta Persada yang memiliki izin usaha pertambangan (IUP) sebanyak 2.089 hektar di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, serta dari pemasok (trading).

Ketika harga batubara sedang kurang baik, porsi penjualan batubara FIRE biasanya didominasi oleh lini trading ketimbang pertambangan/produksi. Rasio perbandingannya bisa hampir mencapai 70:30.

Meski berencana memperbesar porsi produksi, Aris mengaku belum bisa mengungkap berapa perkiraan proyeksi porsi kontribusi lini pertambangan/produksi dalam total penjualan batubara FIRE tahun ini. “Saya lagi minta masukan dari tim,” ujar Aris.

Sepanjang tahun ini, FIRE membidik penjualan neto sekitar Rp 1 triliun. Pada kuartal I 2021 lalu, FIRE sudah membukukan penjualan neto sebesar Rp 269,06 miliar, turun tipis 2,31% dibanding realisasi kuartal I 2020 yang sebesar Rp 275,44 miliar.

Dari hasil penjualan neto itu, FIRE berhasil mengantongi laba periode berjalan yang dapat  diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 891,17 juta di kuartal I 2021. Sebelumnya, FIRE tercatat membukukan rugi bersih Rp 1,12 miliar di kuartal I tahun lalu.

Selanjutnya: Laba Alfa Energi Investama (FIRE) naik double digit karena efisiensi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat