Harga Batubara Masih Panas, Ini Rekomendasi Saham Emiten Jasa Pertambangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara diperkirakan masih solid. Harga batubara yang masih tinggi turut memacu emiten penyedia jasa pertambangan untuk menggenjot target kinerja tahun ini.

PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) misalnya, menargetkan volume pengangkutan (barging volume) batubara tahun ini mencapai 12 juta metrik ton (MT). Target ini meningkat 11% dari realisasi barging tahun lalu yang mencapai 10,74 juta MT batubara.

Direktur Dana Brata Luhur Hendy Narindra Dewantoro mengatakan, target ini dipasang seiring dengan optimisme manajemen terhadap harga batubara yang diproyeksi masih akan di atas angin sepanjang tahun ini.


“TEBE melihat prospek batubara tahun ini tidak akan banyak berubah. Apalagi konflik Rusia dan Ukraina belum ada tanda-tanda menuju perdamaian, sehingga diperkirakan harga batubara tetap tinggi di tahun 2023,” kata Hendy kepada Kontan.co.id, Senin (16/1).

Asal tahu, tahun lalu, TEBE berhasil melampaui target barging volume yang dipasang. Dari target 7 juta ton, TEBE berhasil merealisasikan 10,7 juta ton batubara yang diangkut.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham dan Sektor Pilihan RHB Sekuritas untuk Tahun Ini

PT RMK Energy Tbk (RMKE) mengincar volume jasa batubara sebesar 10,8 juta ton dan volume penjualan batubara 3 juta ton tahun ini. Target-target tersebut belum memperhitungkan pekerjaan dan potensi tambahan pendapatan dari kerja sama jasa dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Seperti diketahui, RMKE dan PTBA telah menandatangani nota kesepahaman bersama pada Desember 2022 lalu.

Jika diakumulasikan, hingga akhir tahun 2022, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini telah berhasil memuat 7,8 juta ton batubara. Realisasi ini meningkat sebesar 31,3% YoY dan berhasil mencapai 100% dari target yang dipasang RMKE tahun lalu.

Dari segmen penjualan batubara, sepanjang tahun 2022 RMKE berhasil menjual 2,5 juta ton batubara atau meningkat 45,1% secara YoY. Realisasi penjualan RMKE ini mencapai 109,8% dari target tahun lalu. Secara total volume, penjualan dan jasa batubara masing-masing berkontribusi sebesar 24,1% dan 75,9%.

Baca Juga: Dongkrak Penerimaan Negara, Program Hilirisasi Bakal Diperluas ke 21 Komoditas

Direktur Keuangan  RMKE Vincent Saputra mengatakan, meningkatnya permintaan batubara kalori rendah diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang. Faktor biaya yang lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan keamanan energi (energy security) yang mendesak saat ini menjadi pendorong permintaan batubara kalori rendah.

Kondisi ekonomi Indonesia maupun dunia yang masih belum pulih sepenuhnya juga menjadi alasan pemilihan batubara kalori rendah untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri maupun dunia. Hal ini terbukti dengan permintaan akan batubara dengan kalori rendah masih tumbuh signifikan dan memiliki harga yang cenderung stabil pada tahun 2022. Kondisi ini menjadi peluang yang baik bagi RMKE yang saat ini masih fokus untuk memberikan pelayanan jasa logistik yang seamless untuk batubara berkalori rendah.

PT Samindo Resources Tbk (MYOH) juga  menargetkan kenaikan kinerja volume pemindahan lapisan tanah alias overburden removal untuk tahun ini.

Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Peningkatan Produksi Batubara pada Tahun Ini

Kepala Hubungan Investor MYOH Ahmad Zaki Natsir mengungkapkan, tahun ini MYOH menargetkan volume overburden removal sebanyak 35 juta bank cubic meter (bcm). Meski belum mengungkapkan realisasi overburden removal tahun lalu, Zaki mengatakan target ini meningkat dari tahun sebelumnya.

Zaki bilang, kenaikan target volume OB ini merujuk pada kenaikan target produksi batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di 2023. Dengan kenaikan ini, berarti sebagian besar operator akan menaikkan produksi di 2023. “Hal tersebut tentu akan berimbas juga pada target produksi yang dibebankan kepada kontraktor. Minimal apabila tidak ada proyek baru, kontraktor bisa mendapatkan kenaikan volume di 2023,” kata Zaki kepada Kontan.co.id, Kamis (19/1).

PT United Tractors Tbk (UNTR)  juga memasang target optimistis di segmen kontraktor tambang yang dijalankan oleh anak usahanya, yakni PT Pamapersada Nusantara. Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan, produksi batubara pada tahun lalu diperkirakan sekitar 117 juta ton, dengan volume overburden removal sekitar 970 juta bank cubic meter (bcm). Untuk tahun 2023, baik produksi batubara maupun volume OB diperkirakan bisa meningkat sekitar 4%-5%.

Baca Juga: Trans Power Marine (TPMA) Kejar Kenaikan Pendapatan 10%-15% pada Tahun Ini

Rekomendasi Saham

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengatakan, dari saham-saham tersebut, saham UNTR, DOID, RMKE dan TEBE masih berada pada fase downtrend, namun terdapat indikasi minor bullish reversal. “Sedangkan PTRO masih berada pada fase uptrend dan potensi normal pullback,” kata Alrich.

Saham UNTR dan DOID dinilai Alrich masih bisa dicermati oleh investor. Saham UNTR  direkomendasikan trading buy, dengan titik entry  di atas harga Rp 25.400, dan stoploss di bawah Rp 24.000. Secara teknikal, saham UNTR menunjukkan MA20 breakout Rp 25.400  dengan pola white marubozu didukung volume yang solid memvalidasi indikasi rebound lanjutan. Hal tersebut sejalan dengan pelebaran positive slope MACD.

Alrich juga merekomendasikan trading buy saham DOID, dengan titik entry di atas Rp 290 dan stoploss di bawah Rp 290. Secara teknikal, saham DOID membentuk pivot breakout Rp 284 dengan kenaikan volume memvalidasi rebound lanjutan. MFI yang cenderung bergerak naik dari oversold area sejalan dengan indikasi tersebut.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Arief Budiman menyematkan rekomendasi beli saham UNTR  dengan target harga Rp 35.000 per saham. Target ini mencerminkan price to earnings ratio (PER) 2023 sebesar 6,9 kali. Saham UNTR dinilai atraktif karena valuasinya yang menarik dan yield dividend yang tinggi, meskipun laba bersih UNTR kemungkinan sudah mencapai puncaknya  pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati