Harga Batubara Melandai, APBI Beberkan Prospek dan Tantangan di Sepanjang Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menyatakan meski harga batubara mengalami tren penurunan di awal tahun 2023, posisi harga komoditas emas hitam ini masih ada di level positif dan kuat. 

“Harga naik turun itu biasa, komoditas kan naik turun. Meski begitu, harga batubara masih di level bagus dalam level kuat. Proyeksi ke depannya harga masih dalam level positif,” kata Hendra kepada Kontan.co.id, Minggu (29/1). 

Hendra menyampaikan secara umum, penawaran dan permintaan (supply-demand) merupakan alasan dasar terjadinya fluktuasi harga. Dia menyebutkan beberapa contoh kondisi yang mempengaruhi harga batubara yakni permintaan dari China yang agak melambat, masuknya batubara Australia ke China, supply terhambat karena faktor hujan, dan kondisi lainnya. 


Meski harga batubara masih di level yang kuat, Hendra melihat bahwa berkah melejitnya harga komoditas ini tidak berlangsung lama. Maka itu, dia meminta kepada pemerintah agar segera merevisi formula Harga Batubara Acuan (HBA) supaya pelaku usaha dapat memanfaatkan momentum ini dengan maksimal. 

Baca Juga: IMEF: Lembaga BLU Jangan dari Pihak yang Terlibat di Rantai Pasok Batubara

Hendra menyebut, di saat harga batubara kuat, pelaku usaha akan menggunakan keuntungan untuk mendanai ekspansi, eksplorasi, membayar utang, hingga menyimpan cadangan kas demi mempertahankan bisnis ketika harga komoditasnya semakin turun. 

Selain harga komoditas yang fluktuatif, dia menyebut ada sejumlah tantangan yang dihadapi pengusaha saat ini. Pertama, beban biaya operasional yang makin tinggi apalagi disparitas formula HBA membuat beban kewajiban pembayaran royalti yang tarifnya telah dinaikkan menjadi lebih besar. 

Kedua, kebijakan domestic market obligation (DMO) penerapan denda kompensasi. Ketiga, tantangan yang akan dihadapi ke depannya ialah diberlakukan skema pungut salur termasuk melalui Badan Layanan Umum (BLU) batubara. 

Baca Juga: Cermati Faktor Penyebab Mulai Merosotnya Harga Batubara

Menurut Hendra sebelum BLU ini dijalankan, revisi formula HBA sangat mendesak karena sudah dua tahun belakangan disparitas harga semakin jauh. Harga jual aktual ekspor sudah semakin melebar. Dia menilai, revisi HBA dilakukan agar HBA/HPB bisa mewakili harga pasar. 

“Selain itu ketika harga batubara makin turun dalam beberapa tahun ke depan, tarif royalti sudah naik dua kali lipat dibandingkan sebelumnya, berdampak pada makin beratnya beban pengusaha karena kita membayar jauh lebih besar,” ungkapnya. 

Perihal kelembagaan BLU, Hendra menyerahkannya kepada pemerintah. Dia hanya meminta agar saat ini pemerintah segera merevisi formula HBA untuk menentukan tarif pungutan BLU yang adil bagi pelaku usaha. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati