KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa, harga batubara kini perlahan melandai. Sempat mencapai level tertingginya di US$ 295 per ton pada 5 Oktober, pada hari ini, Kamis (11/11), harga batubara di ICE Newcastle kontrak pengiriman Desember sudah berada di level US$ 149 per ton. Tren penurunan harga batubara ini dinilai tidak akan memberi dampak negatif secara signifikan kepada emiten batubara. Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya mengungkapkan, koreksi harga batubara adalah sesuatu yang wajar mengingat kenaikan kemarin bersifat anomali.
Oleh sebab itu, ia meyakini emiten yang memproduksi batubara seperti PT United Tractors Tbk (
UNTR) masih punya prospek yang menarik walaupun harga batubara dalam tren menurun. “Jika dibandingkan tahun sebelumnya, harga saat ini juga masih terhitung tinggi dan yang pasti masih profitable juga bagi emiten batubara, seperti UNTR. Jadi tidak perlu khawatir penurunan harga ini akan memengaruhi prospek UNTR ke depan,” kata Timothy kepada Kontan.co.id, Kamis (11/11). Lebih lanjut, Timothy menilai secara prospek kinerja, UNTR juga masih akan solid ke depannya. Hal ini tercermin dari target UNTR untuk tahun 2022 yang diproyeksikan naik pada seluruh segmen, kecuali produksi emas.
Baca Juga: IHSG menguat 0,12% ke 6,691 di perdagangan Kamis (11/11), asing beli BBRI, BMRI, BBCA Ia menyebut, target penjualan alat berat Komatsu yang naik menjadi 3.700 unit pada tahun depan, atau bertambah 700 unit dari target 2021 memperlihatkan optimisme perusahaan. Selain itu, dari mining services, UNTR juga menargetkan pertumbuhan produksi batubara maupun Over Burden (OB) removal. Adapun, jumlah produksi batubara UNTR ditargetkan bisa naik 3%-4% menjadi 122 juta ton dengan volume penjualan batubara yang diharapkan juga bisa naik 8% secara yoy menjadi 9,6 juta ton. Sementara untuk OB removal ditargetkan naik 10,4% menjadi 884 juta bank cubic meter (bcm).
“Penjualan alat berat dan mining services merupakan dua lini bisnis UNTR yang berkontribusi paling besar untuk revenuenya. Jadi guidance yang lebih tinggi tadi menandakan outlook UNTR untuk tahun depan masih baik,” imbuh Timothy. Sementara terkait turunnya produksi emas UNTR pada tahun depan, Timothy menyebut hal ini lebih dikarenakan UNTR harus menggali lebih dalam lagi sehingga extraction rate-nya jadi lebih kecil. Lagipula, penurunan targetnya disebut tidak terlalu besar, dari 330.000 oz menjadi 300.000 oz. Lebih lanjut, ia menyebut secara kontribusi ke pendapatan, produksi emas UNTR hanya menyumbang sekitar 11% per semester I-2021 kemarin. Oleh karena itu, ia meyakini turunnya produksi emas tersebut tidak akan berdampak signifikan ke kinerja UNTR ke depan. Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman dalam risetnya pada 29 Oktober menuliskan, saat ini para emiten batubara seperti UNTR tengah mendapatkan tekanan akibat penggunaan batubara yang tidak ramah lingkungan. Ia bilang, UNTR merespons hal tersebut dengan menyiapkan diversifikasi untuk masuk ke sektor mineral dan energi terbarukan seperti panel surya dan pembangkit listrik tenaga hydro mini.
“Menurut kami, dengan memperbaiki profil ESG bisa membuat UNTR mengurangi risiko sistematis, yang pada akhirnya bisa mengurangi biaya modal perusahaan serta meningkatkan valuasinya,” jelas Arief. Baik Arief dan Timothy sama-sama memasang rekomendasi beli untuk saham UNTR dengan target harga Rp 30.000 dan Rp 30.700 per saham. Pda perdagangan Kamis (11/11) saham UNTR ditutup melemah 0,78% ke Rp 22.375 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi