Harga Batubara Melesat, Ini Emiten-Emiten yang Bakal Diuntungkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus memanas di sepanjang tahun ini. Senin (7/3), harga batubara kembali bertengger di atas US$ 400 per metrik ton.

Bahkan pada 2 Maret 2022, harga batubara kontrak pengiriman Mei 2022 di ICE Futures cetak rekor tertinggi setelah ditutup di level US$ 429,85 per metrik ton.

Analis Fundamental B-Trade, Raditya Pradana melihat dengan kenaikan harga batubara tersebut, emiten-emiten batubara tentunya mendapatkan keuntungan dari situasi ini. Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan harga jual rerata atau average selling price (ASP) batubara yang sangat tinggi.


"Menurut analisis kami, potensi kenaikan ASP dengan situasi saat ini secara konservatif adalah dobel digit," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).

Raditya memproyeksikan, beberapa emiten yang menikmati keuntungan dari situasi harga batubara saat ini, antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).

Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Berpotensi Tekan Ongkos Produksi Batubara

Dia menambahkan, untuk ADRO dan PTBA, juga mendapat katalis positif lebih karena kinerja tahun lalu yang cukup signifikan dampak dari ASP.

Sebagai informasi, pada 2021 ADRO mencatatkan pertumbuhan pendapatan 57,51% secara year on year (yoy) menjadi US$ 3,99 miliar. Dus, laba bersih ADRO pun terbang 535,34%, dari semula US$ 146,93 juta pada 2020 menjadi US$ 933,49 juta pada 2021.

Senada, dengan kenaikan harga jual dibarengi dengan kenaikan volume penjualan dan produksi membuat kinerja PTBA melesat.

Volume penjualan batubara PTBA naik 9% menjadi 28,37 juta ton, dengan komposisi 57% dijual ke pasar domestik dan 43% dijual ke pasar ekspor. Sementara volume produksi juga naik 21% menjadi 30,04 juta dan volume pengangkutan naik 7% menjadi 25,42 juta ton.

Alhasil, PTBA membukukan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah bagi emiten pelat merah tersebut senilai Rp 7,90 triliun atau melesat 231,47% yoy.

Raditya bilang, emiten batubara memang menggunakan skema kontrak dengan kliennya. Walau begitu, emiten-emiten batubara masih dapat menikmati dari kenaikan harga batubara yang terjadi saat ini. Kondisi ini dikarenakan pasar itu dinamis dan selalu menyesuaikan dengan supply and demand.

 
ADRO Chart by TradingView

"Untuk kondisi saat ini, akibat memanasnya hubungan Rusia dan Ukraina, terjadi kelangkaan suplai untuk komoditas termasuk batubara," jelasnya.

Di sisi lain, dia juga menyarankan investor untuk tetap memperhatikan harga acuan batubara di ICE Newcastle Futures sebagai acuan. Menurutnya, selama harga Newcastle Coal masih mengalami penguatan, maka emiten-emiten barubara juga masih akan berpotensi terbang.

"Namun untuk saat ini, kami condong untuk menyarankan taking profit dulu untuk emiten batubara dan buyback lagi ketika koreksi," pungkas Raditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari