KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naiknya harga batubara bukan hanya membawa rejeki bagi emiten pertambangan batubara, tetapi juga bagi emiten pendukung jasa tambang. Salah satunya yakni PT Dana Brata Luhur Tbk (
TEBE) yang kinerjanya terangkat kenaikan harga batubara. Tahun lalu, TEBE berhasil mencetak kenaikan volume pengangkutan (
barging volume). TEBE mencatatkan volume pengangkutan mencapai 6.974.822 ton. Jumlah ini melesat 97% dari realisasi volume pengangkutan pada 2020 yang hanya 3.532.000 ton. Kenaikan volume pengangkutan bermuara pada naiknya kinerja keuangan TEBE. Tahun lalu, TEBE membukukan pendapatan Rp 448,00 miliar. Angka ini melesat 126,32% dari pendapatan di tahun 2020 yang hanya Rp 197,95 miliar.
Baca Juga: Harga Batubara Diperkirakan Masih Akan Tinggi, Ini Penyebabnya “Pendorong kenaikan kinerja TEBE tahun lalu karena naiknya harga batubara dan volume pengangkutan batubara yang dilayani oleh TEBE,” terang Direktur Dana Brata Luhur Hendy Narindra Dewantoro kepada Kontan.co.id, Kamis (22/4). Berdasarkan segmentasi usaha, pendapatan jasa Pelabuhan naik signifikan, dari semula Rp 174,04 miliar pada 2020 menjadi Rp 409,66 miliar pada 2021. Sementara pendapatan dari jasa fasilitas jalan menurun tipis 1,8% menjadi Rp 486,34 juta menjadi Rp 495,23 juta. Di sisi lain, pendapatan sewa naik 65,21% menjadi Rp 37,86 miliar dari sebelumnya Rp 23,41 miliar. PT Banjar Bumi Persada menjadi pelanggan yang berkontribusi terbesar bagi pendapatan TEBE, yakni mencapai Rp 77,23 miliar atau setara 17,24%. Disusul PT Aero Mandiri sebesar Rp 74,01 miliar atau 16,52%, dan CV Cinta Puri Pratama senilai Rp 51,85 miliar atau setara 11,57% dari total pendapatan.
Baca Juga: Tahun Ini, Dana Brata Luhur (TEBE) Targetkan Volume Pengangkutan Batubara 7 Juta Ton Bersamaan, TEBE membukukan laba bersih Rp 164,31 miliar. Angka ini membaik dimana pada tahun 2020 TEBE menderita kerugian senilai Rp 2,49 miliar. Asal tahu, kinerja TEBE tahun lalu melebihi ekspektasi yang dipasang manajemen, dimana secara hitungan kasar, pendapatan tahun penuh 2021 diproyeksi sebesar Rp 385 miliar dengan laba bersih sekitar Rp 130 miliar. Tahun ini, TEBE memasang target optimistis. Volume pengangkutan dipasang di angka 7 juta ton. “Namun, ada kemungkinan untuk merevisi target tahun 2022 jika harga dan volume pengangkutan di 2022 tetap tinggi,” sambung Hendy. Adapun per kuartal pertama 2022, TEBE sudah merealisasikan volume pengangkutan sebanyak 1,4 juta ton batubara. Dari sisi kinerja keuangan, Hendy memproyeksi pendapatan TEBE tahun ini akan mencapai sekitar Rp 500 miliar dan laba sebelum pajak mencapai Rp 200 miliar. Meski berencana merevisi target volume angkutan, Hendy masih mempertahankan target kinerja keuangan tahun ini.
Baca Juga: Harga batubara tinggi, kinerja Dana Brata (TEBE) bisa lampaui target Untuk mencapai target yang dipasang, TEBE akan menganggarkan belanja modal atau
capital expenditure (capex) sekitar Rp 41 miliar. Capex ini akan digunakan TEBE untuk peremajaan armada truk.
Ekspansi yang dilakukan TEBE pun masih terus bergulir, salah satunya adalah mengubah pelabuhan batubara menjadi Badan Usaha Pelabuhan (BUP) konsesi. Pengubahan ini guna memperluas cakupan bisnis TEBE. Nantinya, pelabuhan ini tidak hanya mengangkut batubara, tetapi juga bermacam komoditas seperti minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) hingga penumpang (orang). Hendy mengatakan, progres perubahan pelabuhan menjadi BUP tetap berjalan sesuai target dan akan selesai pada kuartal kedua 2022. “Badan Usaha Pelabuhan Konsesi masih dalam proses permohonan dan masih sesuai
timeline pada kuartal kedua 2022,” sambung Hendy. Hanya saja, TEBE masih belum akan merealisasikan rencana untuk masuk ke bisnis perdagangan batubara atau
coal trading. Hendy bilang, saat ini manajemen masih melakukan tahap evaluasi atas rencana ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati