JAKARTA. Harga batubara perlahan menunjukkan perbaikan. Perkiraan permintaan batubara di sejumlah negara dalam setahun ke depan yang diprediksi naik, mengangkat harga komoditas ini dalam sepekan terakhir. Harga batubara untuk kontrak pengiriman September 2013 di ICE Futures, Jumat (16/8), menguat 0,31% menjadi US$ 79,70 per ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, harga batubara telah menguat sebesar 3,44%. Beberapa lembaga riset memproyeksikan permintaan batubara dunia akan membaik. Moody's Investor Services dalam sebuah laporan memperkirakan, prospek permintaan batubara untuk industri akan naik dari yang sebelumnya negatif menjadi stabil. Perkiraan ini dibuat berdasarkan proyeksi kenaikan kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik di Amerika Serikat (AS) dari 37% pada tahun 2012 menjadi 40% di tahun depan.
Proyeksi yang sama juga dibuat oleh Frost & Sullivan. Menurut lembaga ini, harga batubara yang terbilang sudah cukup murah, akan mendongkrak permintaan dari benua Eropa. Guntur Tri Hariyanto, analis PT Pefindo mengatakan, proyeksi permintaan batubara yang positif, khususnya dari AS, telah mendorong penguatan harga komoditas emas hitam tersebut. Tertahan data China Sentimen penguatan harga juga disokong oleh harga minyak dunia yang akhir-akhir ini meningkat. "Selain itu, penguatan harga juga datang dari pergerakan teknikal, setelah harga terkoreksi belakangan ini," ujar Guntur. Ia memperkirakan, sepekan ke depan harga batubara masih berpeluang menguat meski terbatas. Kondisi ekonomi China yang masih rapuh, menjadi penahan penguatan harga. Maklum, China juga salah satu konsumen terbesar batubara dunia selain AS.