KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, Grup Astra nampaknya masih akan ketiban berkah dari anak usahanya, PT United Tractors Tbk (UNTR). Kinerja UNTR diramal masih akan tumbuh tinggi. Sederet sentimen positif bakal menyokong perusahaan pertambangan ini. Bisnis alat berat UNTR pun masih melaju. Tengok saja penjualan alat berat hingga November 2017 yang mencapai 406 unit. Angka ini telah tumbuh 30,3% dibandingkan bulan sebelumnya. Penjualan alat berat UNTR juga melonjak 108,7% jika dilihat secara
year on year (yoy). Akhmad Nurcahyadi, analis Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan, angka penjualan itu telah melebihi ekspektasi Samuel Sekuritas yang sebelumnya memprediksi penjualan November mencapai 308 unit. Jika diakumulasi, dari Januari hingga November 2017, penjualan alat berat Komatsu mencapai 3.467 unit atau naik 73,2% yoy.
"Tahun ini kami memproyeksi penjualan Komatsu mencapai 3.898 unit atau 2,6%," ujar Akhmad dalam riset 2 Januari 2018. Proyeksi itu di atas target UNTR yang sebanyak 3.800 unit Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengatakan, kinerja UNTR yang solid tak lepas dari meningkatnya harga batubara. Berdasarkan data
Bloomberg, harga batu bara di ICE Futures kontrak pengiriman April 2018 telah naik 5,11% selama sepekan lalu, menjadi sebesar US$ 102,85 per metrik ton. "Dengan kenaikan harga batubara, penjualan alat berat UNTR dapat imbas positif," kata Alfred, Rabu (21/2). Alfred memprediksi, penjualan alat berat UNTR tahun ini masih berpotensi tumbuh. Ini sejalan dengan stabilnya harga batubara di kisaran US$ 80US$ 100 per metrik ton. Ia juga menilai, tahun ini belum ada tantangan berarti yang dapat mempengaruhi kinerja UNTR. Kondisi ini jauh berbeda dibandingkan dua tahun sebelumnya, saat harga batubara anjlok dan menekan penjualan perusahaan. Alfred berharap, penjualan alat berat UNTR tahun ini bisa tetap stabil. Penjualan Komatsu di kuartal pertama tahun ini, diharapkan bisa tetap tumbuh setinggi kuartal empat tahun lalu. Prospek kinerja Selain mendapat sentimen positif dari kenaikan harga batubara, pembangunan infrastruktur yang gencar juga membawa dampak positif bagi UNTR. Alfred mengatakan, sebagian besar penjualan alat berat UNTR juga dialokasikan untuk sektor konstruksi dan infrastruktur. Selain itu, di saat harga batubara meningkat, aktivitas penambangan pun akan ramai. Pemain kecil di sektor tambang batubara pun mulai muncul. Sehingga, pada kuartal satu tahun ini, UNTR masih akan menuai untung dari penjualan alat berat ke sektor tambang. Selain itu, bisnis jasa kontraktor penambangan batubara juga masih akan tumbuh. Hingga November 2017, produksi batubara dari segmen ini telah tumbuh sekitar 3,2% yoy. Sementara itu, jumlah pemindahan tanah (
overburden removal) juga meningkat 13,4% yoy. Lalu, bisnis tambang batubara UNTR juga diprediksi bisa melanjutkan pertumbuhannya di tahun ini. Dalam sebelas bulan di tahun 2017, volume penjualan batubara yang dilakukan anak usaha UNTR, PT Tuah Turangga Agung (TTA) naik 24,7% yoy.
Hingga akhir tahun ini, Akhmad memperkirakan penjualan UNTR bisa naik 16,5% menjadi Rp 58,42 triliun. Sedangkan laba bersihnya diprediksi mencapai Rp 7 triliun. Sementara Alfred memprediksi pendapatan UNTR di 2018 bisa mencapai Rp 72 triliun, dengan laba bersih Rp 9 triliun. Alhasil, saham UNTR pun dinilai akan semakin menarik bagi investor. Akhmad merekomendasikan
buy saham UNTR dengan target harga Rp 35.075 per saham. Alfred juga merekomendasikan
buy dengan target harga Rp 48.360 per saham. Hariyanto Wijaya, analis RHB Securities, memberi rekomendasi netral dengan target harga Rp 43.100 per saham. Kemarin, harga UNTR turun 0,94% ke Rp 37.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini