Harga Batubara Merosot 15,53% Dalam Lima Hari Terakhir, Prospek 2023 Suram



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara memperlihatkan penurunan akhir-akhir ini. Berdasarkan data barchart.com, harga kontrak berjangka batubara di bursa ICE Newcastle dengan volume terbanyak (Mei 2023) berada di level US$ 236 per ton pada penutupan Rabu (25/1).

Dalam sehari, harga batubara tersebut turun 11,86%. Hal ini membawa harganya merosot sebesar 15,53% dalam lima hari perdagangan terakhir.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, penyebab utama penurunan harga batubara adalah adanya spekulan yang melepaskan beberapa posisi beli. Hal ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi kenaikan pasokan dan penurunan permintaan batubara.


Baca Juga: Harga Batubara Cenderung Turun, Ini Sejumlah Faktor Penyebabnya

Produksi batubara domestik China pada tahun 2023 berpotensi mencapai 4,9 miliar metrik ton (MT), naik dari 4,5 miliar MT pada tahun 2022. Kemudian, produksi batubara India dapat mencapai 950 juta MT, naik dari 840 juta MT pada 2022.

Musim dingin yang lebih hangat, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa, juga telah meredakan kekhawatiran terhadap kekurangan bahan bakar. Sebagaimana diketahui, harga batubara pada tahun 2021 dan 2022 naik seiring dengan peningkatan permintaan akibat krisis energi.

Adopsi energi terbarukan yang terus tumbuh juga menjadi faktor penekan harga batubara. "Banyak pelaku pasar yang bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya untuk batubara," kata Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (26/1).

Baca Juga: Pemerintah Akan Revisi Formula Harga Batubara Acuan, Ini Pemicunya

Sutopo melihat, pada tahun-tahun mendatang, permintaan batubara dari negara maju untuk pembangkit listrik akan turun karena tergantikan dengan energi terbarukan. Namun, negara berkembang masih akan meningkatkan penggunaan batubara untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, sambil menambahkan lebih banyak energi terbarukan.

Sutopo memprediksi, rentang harga kontrak berjangka kemungkinan akan berada dalam kisaran US$ 200-US$ 250 per ton sepanjang tahun 2023. "Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor di balik rekor lonjakan harga pada pertengahan 2022 terus berkurang," ucap Sutopo.

Penurunan ini juga didorong oleh pertumbuhan permintaan yang lebih lemah akibat perlambatan ekonomi global yang potensial terjadi tahun ini. Menurutnya, investor yang tertarik pada batubara juga harus memperhatikan faktor-faktor lainnya.

Mulai dari dampak sanksi terhadap energi Rusia, potensi berakhirnya larangan tidak resmi China terhadap batubara Australia, kebijakan perubahan iklim pemerintah Australia, hujan lebat di Australia, hingga risiko cuaca ekstrem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati