JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis harga batubara akan terus membaik tahun ini. Optimisme ini mengacu pada kenaikan Harga Batubara Acuan (HBA) periode Maret 2016 sebesar US$ 51,62 per ton, naik 1,37% ketimbang HBA Februari 2016 sebesar US$ 50,92 per ton. "Harga batubara Maret ini mulai rebound," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono di Kantor Dirjen Minerba, Senin (14/3). Bambang mengklaim, harga batubara meningkat seiring kenaikan permintaan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) dari sektor kelistrikan ataupun pabrik. Namun dia tidak membeberkan berapa jumlah kenaikan permintaan tersebut.
Bambang hanya menyebut kenaikan itu lantaran pulihnya permintaan listrik terutama dari sektor industri. "Penyerapan domestik lebih banyak lagi. Pasar batubara di dalam negeri sudah mulai bagus," tandasnya. Asal tahu saja, realisasi penyerapan batubara domestik di 2015 juga meningkatkan 13% dibandingkan dengan 2014. Realisasi DMO tahun kemarin mencapai 87,43 juta ton, sedangkan DMO 2014 sebesar 76,18 juta ton. Permintaan batubara dalam negeri terlihat terus melonjak sejak semester kedua 2015. Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menilai, kenaikan harga batubara pada Maret 2016 terpicu permintaan industri yang mulai meningkat. Hanya kenaikan ini tidak signifikan dan bisa jadi berpotensi turun lagi pada bulan-bulan berikutnya. "Demand domestik belum signifikan di 2016, mungkin baru bisa terasa di 2018 ke depan. Jadi untuk saat ini saya pikir kontribusi kenaikan demand domestik belum terlalu besar untuk bisa menahan harga. Kondisi oversupply pasar global juga masih sangat berperan," tandasnya. Presiden Direktur PT Pesona Katulistiwa (PKN) Jeffrey Mulyono menambahkan, untuk tambang golongan menengah, kenaikan harga ini belum bisa menutup biaya produksi mereka. Sebab saat ini mereka menghentikan operasi lantaran ongkos produksi lebih mahal dari harga jual. "Kalau naiknya belum signifikan hanya tambang-tambang besar saja yang menikmati," jelasnya kepada KONTAN, Senin (14/3). Akibatnya, para perusahaan masih menahan produksinya. "Kami masih rugi dari harga yang sebelumnya. Target produksi kami malah diturunkan. Tahun 2015 itu 3,2 juta ton. Sementara di Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun ini sebesar 3 juta ton tapi secara fisik yang kami bisa lakukan hanya 2 juta ton tahun ini," tandasnya. PTBA siap akuisisi Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memprediksi harga batubara bisa mendekati US$ 60 per ton pada akhir 2016. "Tapi memang rata-rata harga tahun ini masih sama dengan tahun lalu," ujarnya.
Mumpung harga masih melandai, PTBA saat ini terus berupaya mencari tambang yang bisa mereka akuisisi. Saat ini PTBA tengah melakukan proses uji tuntas untuk akuisisi tersebut. "Akuisisi ini program jangka panjang anak usaha," ujarnya. Corporate Secretary PT Mitrabara Adiperdana Tbk Chandra Lautan menyebut, Mitrabara masih menunggu harga batubara membaik untuk membeli tambang. Kini mereka akan memaksimalkan tambang yang ada. "Kami rasa belum tahun ini," katanya. Target produksi perusahaan ini pun pada tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya, yakni berkisar kurang lebih 4 juta ton. Saat ini, Mitrabara mengoperasikan tambang di Kalimantan Utara dengan luas 1.930 ha. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan