Harga batubara pecah rekor, simak rekomendasi saham berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih terus membara dan belum menunjukkan tren koreksi. Harga batubara kontrak Agustus 2021 di ICE Futures berada di US$ 151 per ton pada Jumat (16/7). Level ini merupakan rekor tertinggi harga batubara.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo dalam risetnya pada 24 Juni menuliskan, kenaikan harga batubara disebabkan oleh adanya lonjakan permintaan dari pembangkit listrik China dan diiringi dengan penurunan pasokan China karena curah hujan yang lebih tinggi dari perkiraan. Walau demikian, dia meyakini kenaikan ini hanya bersifat sementara dan akan turun pada sisa tahun ini.

“Apalagi dengan adanya faktor seperti China yang berfokus untuk meningkatkan hasil produksi batubaranya pascapandemi, rencana pencabutan larangan impor batubara dari Australia, peningkatan kapasitas angkutan jalan kereta api batubara, hingga perbaikan kondisi logistik seiring cuaca yang berangsur normal,” kata Thomas dalam riset.


Dengan potensi tersebut, Thomas memproyeksikan rata-rata harga batubara acuan pada tahun 2021 akan sebesar US$ 78 per ton. Berbeda dengan Thomas, analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu memproyeksikan harga rata-rata tahun ini akan sebesar US$ 110 per ton dan baru turun pada 2022 menjadi US$ 90 per ton.

Baca Juga: Penyebab harga saham farmasi lesu sejak awal tahun kendati ada sentimen positif

“Kenaikan harga batubara pada akhirnya akan menjadi katalis positif yang bisa mengangkat kinerja fundamental emiten batubara, khususnya yang memiliki porsi ekspor besar,” kata Dessy kepada Kontan.co.id, Jumat (16/7). Selain faktor dari kenaikan harga batubara, Dessy meyakini efisiensi dari biaya produksi serta penyerapan batubara domestik yang lebih tinggi dapat menjaga kinerja emiten batubara lebih positif dalam jangka pendek.

Sementara untuk jangka panjang, menurut Dessy ada potensi sentimen negatif dari keputusan negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan yang memutuskan tidak lagi memberi pendanaan ke pembangkit batubara seiring upaya beralih ke energi terbarukan. Namun, sejauh ini dia melihat produsen batubara dalam negeri sudah mulai mengantisipasi hal tersebut.

“Para produsen batubara dalam negeri saat ini dan ke depan akan terus mengembangkan diversifikasi bisnis serta hilirisasinya. Hal tersebut dapat mendorong kinerja dan memperlebar opportunity bisnis mereka di sektor lain,” imbuh Dessy.

Baca Juga: Harga minyak naik tapi saham emiten berbasis minyak loyo, ini penjelasan analis

Ciptadana Sekuritas masih memberi rating netral untuk sektor batubara. Namun, Thomas menyebut ada potensi naik jika disrupsi pasokan batubara di China membuat China melakukan impor lebih tinggi dari perkiraan. Selain itu, jika musim dingin ternyata lebih dingin dari perkiraan bisa membuat permintaan batubara meningkat, serta adanya pengurangan produksi dari negara produsen batubara.

Ciptadana Sekuritas menjadikan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai top picks seiring keduanya memiliki memiliki cadangan batubara yang melimpah, portofolio diversifikasi yang beragam, dan sistem penambangan yang terintegrasi.

Sementara Samuel Sekuritas menjadikan ADRO sebagai top pick mereka. “Kami menilai, ADRO merupakan emiten batubara yang memiliki porsi ekspor cukup dominan, serta punya striping ratio yang rendah. Sehingga masih layak untuk dikoleksi,” tutup Dessy.

Baca Juga: Harga saham emiten CPO lesu, simak rekomendasi berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati