Harga batubara sulit kembali menembus US$ 100 per ton



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski penguatan harga batubara terus terjaga selama hampir sepekan terakhir tetapi pergerakan harganya masih tetap dibayangi sentimen negatif. Kenaikan harga yang terjadi rawan koreksi karena maraknya peralihan penggunaan bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan.

“Pasar sedang mencari titik keseimbangan baru,” ungkap Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id.

Menurutnya saat ini dalam pergerakan harga batubara tengah terjadi tarik menarik sentimen positif dan sentimen negatif. Sentimen negatif datang dari permintaan dari kawasan Eropa yang mulai berkurang karena meningkatnya pengunaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Hampir 90% pembangkit listrik berbahan baku batubara di Inggris saat ini sudah ditutup.


Sedangkan sentimen positif datang dari permintaan yang kian bertambah dari kawasan Asia seperti India, Korea Selatan dan Jepang. Beberapa negara masih bertahan menggunakan batubara sebagai bahan baku pembangkit listriknya.

“Karena tarik menarik sentimen ini harga bergerak terbatas di kisaran US$ 85 – US$ 98 per metrik ton dan sulit menembus US$ 100 per metrik ton,” papar Deddy.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures masih optimistis harga komoditas energi masih cukup positif di tahun 2018. Meski banyak yang mulai menerapkan program peningkatan penggunaan gas dan energi terbarukan tetapi permintaan dari Asia masih akan tetap mampu menjaga harga.

“Permintaan akan tetap solid di tahun-tahun mendatang,” kata Wahyu.

Apalagi Citibank memproyeksikan harga batubara akan menguat. Riset Citibank mengerek proyeksi harga batubara di tahun 2019 dari US$ 75 per metrik ton menjadi US$ 85 per metrik ton dan untuk tahun 2020 dari US$ 65 per metrik ton menjadi US$ 80 per metrik ton.

“Batubara masih akan bergerak di rentang US$ 80 – US$ 110 per metrik ton,” kata Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati