JAKARTA. Di penghujung tahun ini harga batubara diprediksi kian melempem. Pelemahan harga batubara terjadi seiring dengan langkah negara-negara di dunia yang memangkas emisi gas rumah kaca. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy mengatakan, hingga akhir 2015 harga batubara berpeluang tergerus hingga US$ 54-US$ 56 per metrik ton. Itu terjadi karena memang belum ada sentimen positif yang dapat menopang harga batubara. Dari dalam negeri misalnya, Indonesia berencana mengganti penggunaan batubara dengan pelet kayu (wood pellet). Dengan jumlah kalori yang hampir serupa dengan batubara, pelet kayu yang lebih ramah lingkungan menjadi pilihan potensial. Negara-negara di dunia mulai berlomba-lomba menekan emisi gas rumah kaca. New Zealand misalnya menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 30% pada tahun 2030 mendatang. Mereka sedang memacu upaya pemangkasan energi dari sektor agrikultur serta transportasi. China juga tak mau ketinggalan. Mereka berencana membangun sistem smart-grid yang aman dan ramah lingkungan pada tahun 2020 nanti. Alhasil, permintaan batubara akan terus berkurang. Mengutip Bloomberg, Senin (6/7) harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa ICE Commodity Exchange terkoreksi 0,42% ke level US$ 58,70 per metrik ton ketimbang posisi pada Jumat (4/7). Sepekan, harga batubara merosot 0,92%. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga batubara terpangkas isu pengurangan emisi
JAKARTA. Di penghujung tahun ini harga batubara diprediksi kian melempem. Pelemahan harga batubara terjadi seiring dengan langkah negara-negara di dunia yang memangkas emisi gas rumah kaca. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy mengatakan, hingga akhir 2015 harga batubara berpeluang tergerus hingga US$ 54-US$ 56 per metrik ton. Itu terjadi karena memang belum ada sentimen positif yang dapat menopang harga batubara. Dari dalam negeri misalnya, Indonesia berencana mengganti penggunaan batubara dengan pelet kayu (wood pellet). Dengan jumlah kalori yang hampir serupa dengan batubara, pelet kayu yang lebih ramah lingkungan menjadi pilihan potensial. Negara-negara di dunia mulai berlomba-lomba menekan emisi gas rumah kaca. New Zealand misalnya menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 30% pada tahun 2030 mendatang. Mereka sedang memacu upaya pemangkasan energi dari sektor agrikultur serta transportasi. China juga tak mau ketinggalan. Mereka berencana membangun sistem smart-grid yang aman dan ramah lingkungan pada tahun 2020 nanti. Alhasil, permintaan batubara akan terus berkurang. Mengutip Bloomberg, Senin (6/7) harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa ICE Commodity Exchange terkoreksi 0,42% ke level US$ 58,70 per metrik ton ketimbang posisi pada Jumat (4/7). Sepekan, harga batubara merosot 0,92%. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News