Harga batubara tersandera minyak dan suplai



JAKARTA. Batubara terseret penurunan harga minyak mentah. Meski sempat bangkit, komoditas energi ini terpuruk lagi. Apalagi, permintaan masih lesu.

Mengutip Bloomberg, Rabu (18/3) pukul 15.20 WIB, batubara kontrak pengiriman bulan Mei 2015 di ICE Futures Europe turun 1,9% menjadi US$ 55,70 per metrik ton (MT). Ini harga terendah sejak akhir Januari tahun ini. Sepekan, harga sudah tergerus 6%.

Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menilai, harga batubara sulit melanjutkan reli, karena imbas tumbangnya harga minyak mentah dunia. Sebagai produk substitusi, pelaku pasar lebih memilih menggunakan minyak yang sudah murah ketimbang batubara.


Analis Pefindo Guntur Tri Hariyanto sependapat. Menurutnya, harga minyak mentah yang tumbang ke ke level terendah sejak tahun 2009 menyebabkan harga batubara ikut tergelincir.

Selain itu, suplai batubara di pasar global tetap melimpah. Sejumlah produsen besar di dunia memang sudah memangkas volume produksi. Misalnya, Walter Energy Inc dan Alpha Natural Resources Inc sudah mengurangi produksi sebanyak 30 juta ton batubara. Sebelumnya, Glencore, Rio Tinto, dan Vale melakoni hal serupa.

Meski suplai berkurang, tapi tidak diimbangi pertumbuhan permintaan. Permintaan dari China kian surut, lantaran Tiongkok menggalakkan penggunaan energi bersih.

Di sisi lain, aktivitas manufaktur di sana masih lesu, sehingga kebutuhan batubara juga rendah. Impor China disinyalir turun 15 juta ton tahun ini. “Ada harapan kenaikan permintaan dari India, tapi tetap tidak dapat mengimbangi laju suplai," ujar Guntur.

Sinyal bearish harga batubara juga terlihat dari penurunan patokan harga di sejumlah negara produsen. Lihat saja, Australia dan Jepang yang menurunkan patokan harga jual batubara untuk industri metalurgi menjadi US$ 109,5 per MT per kuartal II-2015. Padahal, harga patokan pada kuartal pertama masih US$ 117 per MT.

Tren masih bearish

Belum ada sentimen yang mampu mengangkat harga batubara. Bahkan, Wahyu menduga, hingga separuh pertama tahun ini berakhir, tren batubara masih turun alias bearish. "Selagi permintaan tidak membaik dan stok masih tinggi, tidak akan ada perubahan fundamental dalam pergerakan harga batubara," ujarnya.

Meskipun, ia tak menutup peluang rebound terbatas. Menurutnya, saat harga jatuh signifikan, akan muncul spekulan yang melakukan aksi beli di saat harga murah  (bargain hunting).

Secara teknikal, kata Wahyu, harga masih cenderung turun. Harga bergerak di bawah MA 50, 100 dan 200 dengan arah menurun. Garis MACD juga di area negatif dengan pola divergence. Hanya indikator stochastic di level 10% dan RSI level 25% sudah mendekati area jenuh jual. Jadi, ada peluang naik.

Wahyu menebak, sepekan, komoditas yang kerap disebut emas hitam ini akan bergulir antara US$ 50 hingga US$ 60 per MT. Prediksi Guntur, batubara bergerak antara US$ 54 - US$ 58 per MT.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa