JAKARTA. Harga batubara masih terus melemah. Sentimen negatif ini masih dipengaruhi dari kondisi ekonomi di China. Kontraksi sektor industri manufaktur negara pengimpor batubara terbesar ini memicu spekulasi penurunan permintaan. Harga batubara untuk pengiriman Juni 2013 di ICE Futures melemah 0,81% menjadi US$ 85,70 per metrik ton, Kamis (6/6), jika dibanding hari sebelumnya. Penurunan harga ini mencapai titik terendah dalam sepekan, dibandingkan dengan pekan lalu yang pernah mencapai angka tertinggi sejak 29 Mei 2013 di US$ 88 per metrik ton. Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri mengatakan, penurunan harga batubara disebabkan oleh adanya komoditas energi lain yang menyaingi batubara. Salah satunya adalah gas yang mulai banyak digunakan. "Di China, produsen melirik gas dan tenaga air sebagai sumber energi. Sebaliknya, makin sedikit produsen yang menggunakan batubara," ujarnya.
Gas merupakan sumber energi yang masih melimpah ruah dibandingkan minyak bumi dan batubara. Menurutnya, harga batubara akan sulit terdongkrak naik akibat persaingan energi ini. "Tidak ada sentimen positif yang menopang batubara," tambahnya. Analis Philips Futures Indonesia, Juni Sutikno menambahkan, tekanan terhadap batubara akan terus terjadi. "Jumlah permintaan batubara cenderung menurun karena sumber energi lain menggantikan," ujarnya. Larangan impor batubara berkalori rendah di China kemungkinan akan berpengaruh pada harga batubara karena potensi pembelian yang lebih selektif. Tahun lalu, China mengimpor 289 juta ton batubara. Sekitar 50 juta diantaranya tidak memenuhi kriteria baru Badan Energi Nasional China.