KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga batubara membuat laba bersih PT Indo Tambangraya Megah Tbk turun 31% pada semester satu 2019 menjadi US$ 69 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), laba emiten berkode saham
ITMG tersebut mencapai US$ 103 juta. Di sisi lain, volume penjualan ITMG naik 28% yoy menjadi 12,3 juta ton. Adapun pendapatan ITMG tercatat sebesar US$ 893 juta atau naik 10% yoy. Untuk itu, ITMG menyiasatinya dengan melakukan efisiensi biaya. Direktur Keuangan ITMG Yulius K. Gozali mengatakan, efisiensi yang nantinya berdampak paling signifikan adalah menurunkan nisbah kupas atau
stripping ratio. Sebab, pos yang menyebabkan beban pokok naik hingga 25,23% yoy adalah biaya penambangan.
Baca Juga: Saham-Saham Sektor Batubara Terbang, Cermati ADRO Pos tersebut naik 37,5% yoy menjadi US$ 379,9 juta dari yang sebelumnya hanya US$ 276,2 juta. "Beban pokok akan ada perbaikan, dari sisi nisbah kupas kami turunkan," jelas Yulius pada Public Expose Live di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (27/8). Produksi nisbah kupas pada semester dua ini akan ditargetkan hanya 10,5 bank cubic meter (bcm) per ton dari rerata di semester satu yang mencapai 12,5 bcm per ton. Sehingga dalam satu tahun ditargetkan sekitar 11 bcm per ton hingga 11,5 bcm per ton. ITMG memang melihat penurunan laba disumbang oleh kenaikan biaya akibat nisbah kupas yang lebih tinggi. ITMG terus mengoptimalisasi cadangan batubara dengan menggali lebih dalam. Kendati begitu, Yulius bilang, volume produksi tetap sesuai dengan target yaitu 26,5 juta ton. Yulius mengaku upaya penurunan rasio
stripping ini sudah dibicarakan dengan para kontraktor sejak awal kuartal dua lalu.
Baca Juga: Harga batubara terendah dalam dua tahun, Bukit Asam (PTBA) direkomendasikan hold Upaya lain untuk menekan beban adalah menurunkan jarak pemindahan
overburden, mengevaluasi penyedian bahan bakar alternatif dengan menggunakan persediaan dari internal, juga mengontrol biaya
overhaul alat berat jasa pertimbangan dari
replacement menjadi
repairment dan
reuse. Upaya lainnya adalah meningkatkan akurasi pengeboran dan menjaga efisiensi biaya, memastikan kontinuitas produksi batubara melalui implementasi
geo-technical warning system, memperkuat sistem pemeliharaan demi memastikan
high reliability fasilitas strategis ITM seperti pelabuhan BoCT, pelabuhan Bunyut dan
crushing plant. Juga meminimalisir suku cadang tidak bergerak untuk menjaga arus kas, mengurangi biaya
overhead di semua situs dan kantor Jakarta serta menggunakan teknologi digital. Manajemen menyebutkan teknologi digital ini bisa menghemat biaya sekitar 2%-3%.
Baca Juga: Tinggalkan Pasar Eropa, ITMG Membidik Pasar Asia Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hady melihat, saat ini memang efisiensi adalah satu-satunya jalan terbaik bagi ITMG. Mengingat harga batubara yang turun sekitar 33,79% sejak awal tahun ini. Adapun harga ICE Newcastle Coal Agustus 2019 tercatat US$ 66 per ton pada penutupan pasar hari ini. "Lihat saja harga batubara Newcastle, jeblok sampai ke bawah harga DMO. Mau ekspansi ke bisnis lain juga tidak mudah, butuh waktu lama dan biaya yang besar," jelas Robertus. Adapun, harga
domestic market obligation (DMO) atau pemenuhan pasar domestik untuk kelistrikan dipatok US$ 70 per ton. Dengan kondisi yang begitu, Robertus melihat prospek emiten batubara masih kurang meyakinkan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati