KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pendapatan dan laba bersih PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) tidak sejalan dalam sembilan bulan pertama 2024. Meski mencatatkan lonjakan pendapatan, tetapi emiten batubara plat merah ini justru mengalami penyusutan laba periode berjalan. PTBA mengantongi pendapatan senilai Rp 30,65 triliun sampai dengan September 2024. Pendapatan PTBA melonjak 10,53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu alias Year on Year (YoY), yang kala itu sebesar Rp 27,73 triliun. Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan PTBA terdongkrak 14,80% (YoY) menjadi Rp 25,04 triliun. Hasil ini membuat laba bruto PTBA menyusut 5,40% (YoY) dari Rp 5,92 triliun menjadi Rp 5,60 triliun hingga September 2024.
Pada periode yang sama, laba usaha PTBA menurun 9,06% (YoY) dari Rp 4,30 triliun menjadi Rp 3,91 triliun. PTBA membukukan laba periode berjalan senilai Rp 3,25 triliun hingga September 2024, turun 16,66% dibandingkan capaian Rp 3,90 triliun per September 2023. Secara bottom line, PTBA meraih laba bersih senilai Rp 3,23 triliun sampai dengan September 2024.
Baca Juga: Tingkatkan Kapasitas Bongkar Batubara, PTBA Gandeng KAI dan Semen Batubara Keuntungan PTBA menyusut 14,32% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per September 2023, yang kala itu sebesar Rp 3,77 triliun. Sejalan dengan itu, laba per saham dasar dan dilusian PTBA menurun 14,58% secara tahunan dari Rp 329 menjadi Rp 281 per 30 September 2024.
Corporate Secretary Bukit Asam, Niko Chandra mengatakan PTBA mampu menjaga kinerja di tengah berbagai tantangan yang membayangi. Tantangan tersebut di antaranya adalah koreksi harga batubara dan fluktuasi pasar. Dia menyoroti capaian PTBA yang mampu meraih laba bersih Rp 3,23 triliun dan EBITDA Rp 5,65 triliun, yang didorong oleh kenaikan pendapatan. "Pencapaian tersebut tak lepas dari kinerja operasional Perseroan yang tumbuh positif pada triwulan III-2024," kata Niko dalam siaran tertulis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (30/10). Niko mengungkapkan, PTBA memproduksi batubara sebanyak 32,97 juta ton sampai dengan September 2024 atau tumbuh sekitar 3% secara tahunan. Sementara realisasi angkutan dengan kereta api mencapai 26,42 juta ton atau meningkat 11% (YoY).
Baca Juga: Kabinet Merah Putih Resmi Dilantik, Cermati Rekomendasi Saham BUMN Berikut PTBA menjual sebanyak 31,28 juta ton sepanjang Januari - September 2024, atau meningkat sekitar 16% secara tahunan. Dari jumlah itu, volume ekspor batubara PTBA mencapai 14,29 juta ton atau melonjak 27,02% (YoY) dari 11,25 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi wajib pasok dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) PTBA tumbuh sekitar 8% (YoY) menjadi 16,98 juta ton. "PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baik," imbuh Niko. Secara harga, rata-rata indeks harga batubara ICI-3 terkoreksi sekitar 14% (YoY) dari US$ 86,32 per ton menjadi US$ 74,59 per ton. Sedangkan rata-rata indeks harga batubara Newcastle terkoreksi sekitar 28% (YoY) dari US$ 185,45 per ton menjadi US$ 133,89 per ton.
PTBA pun akan terus mengedepankan
cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal. Strategi ini tercermin dari penurunan
cash cost per ton secara tahunan dari Rp 853.000 menjadi Rp 835.000. Selain itu, PTBA mengharapkan agar pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat segera terealisasi. Hal ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan PTBA.
Dari sisi pergerakan saham, hingga pukul 14:23 WIB, harga PTBA menguat 0,70% ke level Rp 2.870 per saham. Pergerakan harga saham PTBA mengakumulasi kenaikan 17,62% secara
year to date.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih