KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia memperkirakan tren koreksi harga batubara akan berlanjut hingga 2025. Harga batubara diproyeksi turun 28% tahun ini dan 12% pada tahun 2025. Harga batu bara sempat naik tipis pada Mei lalu setelah turun 8% pada kuartal pertama 2024. Menurut data Bloomberg, harga batubara Newcastle kontrak Agustus 2024 di ICE Futures menguat 0,48% ke US$ 136,25 per ton. Meski naik pada perdagangan kemarin, harga batubara cenderung turun pada bulan Juni. Dalam sepekan, harga batubara melemah 1,2% dan turun 5,48% dalam sebulan terakhir. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga batubara melemah karena ekspor batubara Rusia ke Asia turun 2,61% dibandingkan tahun sebelumnya. Ditambah, ekspor batubara Rusia merupakan faktor penting dalam dinamika pasar saat ini.
Sentimen selanjutnya, Sutopo mengatakan adalah faktor China yang diperkirakan tidak akan meningkatkan impor batubara pada tahun 2024. Menurut dia, penurunan impor batubara Tiongkok berpotensi meningkatkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan.
Baca Juga: Kinerja Emiten Batubara Tertekan, Begini Rekomendasi Analis Meski begitu, dia optimistis bahwa harga batubara akan kembali menguat hingga akhir tahun. Hal ini lantaran impor batubara ke Asia pada bulan Juni diperkirakan akan tetap kuat, meski terjadi sedikit penurunan permintaan batubara dari Tiongkok dan India sebagai importir terbesar. “Jepang, negara terbesar ketiga, merupakan importir batubara terbesar di Asia yang akan mengalami peningkatan impor pada bulan ini,” kata Sutopo, Senin (25/6). Berdasarkan data dari Kpler, Asia mengimpor sekitar 76,39 juta metrik ton batubara termal pada Juni 2024. Jumlah tersebut turun sedikit dibandingkan total produksi Mei sebesar 78,67 juta metrik ton. Namun jumlah itu meningkat dibandingkan impor negara Asia pada Juni 2023 sebesar 74,81 juta metrik ton. “Impor batu bara Tiongkok cukup kuat sejak awal tahun ini berkat penurunan harga komoditas tersebut. Impor selama kuartal pertama saja meningkat sebesar 17% pada tahun ini,” kata dia. Lebih lanjut, Sutopo mengatakan sentimen lainnya yang membuat harga batubara turun yakni datang dari produksi batubara lokal yang melemah karena pihak berwenang memerintahkan inspeksi tambang batubara di Tiongkok, provinsi Shanxi, menyusul beberapa kecelakaan fatal.
Baca Juga: Proyek Hilirisasi Batubara Masih Bergulir Terlebih lagi, Sutopo bilang, lonjakan curah hujan mendorong pembangkit listrik tenaga air sehingga mengurangi kebutuhan akan pembangkit listrik tenaga batubara, yang juga mempengaruhi tingkat impor. Pada bulan Mei, pembangkit listrik tenaga air di Tiongkok meningkat sebesar 38% pada tahun ini, mencatat peningkatan sebesar 14,9% lagi selama lima bulan pertama tahun 2024. “Sebaliknya, India telah meningkatkan produksi batubara dalam negeri sebagai respons terhadap pertumbuhan permintaan yang kuat di tengah panasnya musim panas dan meningkatnya aktivitas industri,” imbuh Sutopo.
Sebagai hasil dari dorongan dalam negeri, impor batubara India pada bulan Juni menurut Kpler adalah sebesar 14,63 juta metrik ton, turun dari 17,59 juta metrik ton pada bulan sebelumnya. Namun, total impor pada bulan Juni lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang mencapai 13,43 juta metrik ton. Sementara itu, produksi dalam negeri India naik 10,2% di bulan Mei dengan total 83,91 juta metrik ton. Produksi selama dua bulan pertama tahun fiskal baru India yang dimulai pada bulan April naik sebesar 8,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Sutopo pun memperkirakan batubara akan diperdagangkan pada harga US$ 145,18 per metrik ton pada akhir kuartal ini. Sedangkan pada akhir tahun 2024, harga batubara diproyeksi akan diperdagangkan di US$ 134,08 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati