KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus tertekan sejak awal tahun. Jumat (17/2), harga batubara kontrak Oktober 2023 di ICE Futures turun 1,23% ke US$ 187,80 per ton. Harga batubara ini merosot 8,68% dalam sepekan terakhir. Ini adalah harga terendah batubara sejak 20 April 2022. Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) masih dinilai menarik di tengah tren pelemahan harga batubara. Sejumlah analis masih menyematkan rekomendasi
buy terhadap saham emiten batubara ini.
Analis Samuel Sekuritas Juan Harahap misalnya, menjadikan ADRO sebagai saham pilihan utama alias
top pick, dengan rekomendasi
buy dan target harga Rp 4.100 per saham. Rekomendasi ini terutama karena diversifikasi bisnis ADRO yang akan memberikan fleksibilitas pembiayaan dalam jangka panjang. Baca Juga:
Adaro Energy (ADRO) Menyiapkan Capex Hingga US$ 600 Juta Tahun Ini Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan juga merekomendasikan
buy saham ADRO dengan target harga Rp 4.500 per saham. Felix memprediksi, kinerja ADRO di tahun ini memang akan melandai seiring harga batubara global yang juga sedang melemah. Namun beberapa upaya diversifikasi usaha dari ADRO bisa menjadi katalis positif, seperti pembangunan pabrik pengolahan (smelter) aluminium, inisiatif ke sumber energi listrik, dan kawasan industri di Kalimantan Utara. Inisiatif diversifikasi ini dapat menjadi penopang bisnis ADRO ke depannya. “Untuk harga batubara di 2023 ini kami relatif moderat, di kisaran US$ 200 sampai US$ 250 per ton,” terang Felix. Jika dilihat dari
price to book value (PBV), valuasi saham ADRO saat ini sudah relatif murah, dimana PBV saham ADRO saat ini sudah berada di kisaran 1 kali saja akibat koreksi yang cukup sejak awal tahun. Jika dibandingkan dengan valuasi
peers pun, saham ADRO juga jauh lebih murah. Sebut saja dengan PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) yang diperdagangkan dengan PBV di 1,52 kali dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) dengan PBV 1,36 kali.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Targetkan Volume Penjualan 64 Juta Ton Batubara Tahun Ini Saat dihubungi Kontan.co.id, Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, harga batubara memang tidak dapat diprediksi dan bergerak mengikuti siklusnya. Sehingga, naik turunnya harga batubara merupakan hal yang sudah biasa terjadi dalam industri ini. ADRO akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat dikontrol, seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya. “Adaro optimistis dengan prospek pertumbuhan ke depan terutama didukung oleh pertumbuhan permintaan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Asia Selatan,” kata Nadira. Nadira melanjutkan, ADRO akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan, dengan berfokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati