Harga Batubara Turun, Saham Bukit Asam (PTBA) Masih Menarik Untuk Dikoleksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah penurunan harga batubara, analis menilai saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih memiliki daya tarik untuk dikoleksi investor. Harga batubara mulai turun di semester kedua tahun lalu setelah melesat tinggi.

Kenaikan harga batubara tahun lalu menyebabkan harga jual rata-rata Bukit Asam meningkat. Alhasil, PTBA meraup rekor laba tertinggi di 2022.

Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti melihat, kinerja PTBA tahun ini berpotensi mengalami penurunan. Penurunan disebabkan oleh perlambatan ekonomi yang dapat menurunkan permintaan, fluktuasi harga komoditas, dan inisiasi pemerintah seperti pensiun dini, . 


Meski begitu, Desy melihat adanya potensi bagi PTBA melihat skema badan layanan umum (BLU) serta proyek gasifikasi dimethyl ether (DME) untuk hilirisasi yang saat ini masih dikembangkan. 

“Kami melihat ketidakpastian yang tinggi masih akan meningkatkan demand batubara PTBA,” kata Desy.

Baca Juga: Air Products Juga Mundur dari Proyek Hilirisasi Batubara Kaltim Prima Coal (KPC)

Desy memperkirakan, pendapatan dan laba bersih PTBA tahun ini bisa turun masing-masing menjadi Rp 32,6 triliun dan Rp 10,5 triliun. Laba bersih Bukit Asam tahun lalu naik 59% menjadi Rp 12,6 triliun. Lonjakan laba didukung kenaikan pendapatan 45,39% menjadi Rp 42,6 triliun.

Desy menuturkan bahwa PTBA masih menarik dilihat dari adanya potensi pembagian dividen yang meski diperkirakan bisa lebih rendah dari tahun lalu melihat tahun ini kondisi ekonomi yang lebih menantang, pengaruh global lebih tinggi, dan cost of fund yang lebih tinggi. 

Di sisi lain, Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim mencermati meski harga batu bara acuan Newcastle saat ini sedang mengalami koreksi, ada sentimen positif dari keputusan Menteri ESDM terkait perhitungan formula HBA yang baru dimana tidak lagi menggunakan acuan dari newcastle maupun ICI. 

Baca Juga: Ini Pebyebab Bukit Asam (PTBA) Meraih Rekor Laba Bersih Tertinggi Sepanjang Masa

PTBA merupakan emiten yang mayoritas penjualannya untuk pasar domestik. Bukit Asam pun tengah mendiversifikasi bisnis salah satunya akuisisi PLTU yang sedang berjalan dan transformasi dengan memperhatikan ESG.

"Jika melihat PTBA yang melakukan penjualan domestik, tidak akan terlalu berpengaruh untuk PTBA," kata Lukman. Dia mencermati ada potensi kenaikan pembayaran dividen per saham yang juga didukung oleh kecukupan cash yang memadai dari PTBA.

Desy menilai valuasi saham PTBA saat ini masih murah sehingga merekomendasikan buy untuk PTBA dengan target harga Rp 5.000 per saham. Sementara Lukman melihat PTBA masih menarik untuk dikoleksi dengan target harga Rp 4.410 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati