KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bawang putih menjadi sorotan karena stabil tinggi selama tahun 2024 ini. Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pagan Nasional (Bapanas) Nyoto Suwignyo berdalih kenaikan ini terjadi karena rendahnya realisasi impor bawang putih oleh importir. Bahkan menurutnta dari 43 perusahaan yang mendapatkan persetujuan impor (PI), hanya 2 perusahaan yang telah merealisasikan impornya secara penuh.
Baca Juga: Realisasi Impor Rendah, KSP Bakal Panggil Importir Bawang Putih "16 perusahaan lainya realisasinya baru 50%, 8 perusahaan kurang dari 50% dan 7 perusahaan realisasinya 0%," ungkap Nyoto dalam Rakor Pengendalian Inflasi, Senin (13/5). Nyoto bilang, berdasarkan Sistem Nasional Neraca Komoditas (SINAS NK) tahun 2024, impor bawang putih ditetapkan sebanyak 645.025 ton. Namun, per 6 Mei 2024, persetujuan impor yang diterbitkan baru 244.194 ton dan realisasinya baru mencapai 104.429 ton atau 43% dari persetujuan impor yang sudah terbit. "Sehingga masih ada 139.765 impor bawang putih yang belum terealisasi atau sekitar 57% dari PI yang sudah terbit," ungkap Nyoto.
Baca Juga: Harga Bawang Putih di China Turun, KSP Minta Pengusaha Percepat Realisasi Impor Deputi III Bidang Perekonomian Edy Priyono mengatakan, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi mengatasi polemik impor bawang putih ini. Menurutnya ada beberapa kendalam keterlambatan impor. Pertama, dalih importir yang mengatakan bahwa harga bawang putih di China mengalami kenaikan.
Padahal menurutnya, harga bawang putih cenderug stablil dibawah US$ 1 per kg. Kemudian, realisasi impor terhambat karena banyak importir baru yang mendapatkan kuota impor.
Baca Juga: Konsumsi Bawang Putih Bisa Turunkan Kolesterol, Cek Manfaat Lain Bawang Putih Ini "Ini harusnya tidak seperti itu, kalau kita asumsikan orang sudah mendapatkan persetujuan impor harusnya mereka punya kapasitas," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto