JAKARTA. Setalah menikmati tren deflasi dalam beberapa bulan, pemerintah menghadapi lagi potensi inflasi. Beberapa indikator menjukan gejala kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok. Salah satu penyebabnya adalah keputusan pemerintah menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan jenis tertentu sebesar Rp 500 per liter Sabtu lalu (28/3). Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, meskipun naik tipis, gelombang kenaikan harga akan kembali terjadi. Yang paling berdampak langsung adalah terhadap ongkos transportasi. "Meskipun tidak berpengaruh besar, industri akan melakukan spekulasi dengan menaikan harga," ujar David, Minggu (29/3). Namun demikian, dampak kenaikannya tidak akan terlalu signifikan. Apalagi, kebijakan penyesuaian harga ini sudah menjadi agenda rutin pemerintah. Jadi, pengaruhnya sudah bisa diprediksi.
Harga BBM naik, April bisa inflasi
JAKARTA. Setalah menikmati tren deflasi dalam beberapa bulan, pemerintah menghadapi lagi potensi inflasi. Beberapa indikator menjukan gejala kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok. Salah satu penyebabnya adalah keputusan pemerintah menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan jenis tertentu sebesar Rp 500 per liter Sabtu lalu (28/3). Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, meskipun naik tipis, gelombang kenaikan harga akan kembali terjadi. Yang paling berdampak langsung adalah terhadap ongkos transportasi. "Meskipun tidak berpengaruh besar, industri akan melakukan spekulasi dengan menaikan harga," ujar David, Minggu (29/3). Namun demikian, dampak kenaikannya tidak akan terlalu signifikan. Apalagi, kebijakan penyesuaian harga ini sudah menjadi agenda rutin pemerintah. Jadi, pengaruhnya sudah bisa diprediksi.