Harga BBM naik, kecenderungan nasabah bergeser



JAKARTA. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi rencananya akan dinaikkan oleh pemerintah. Beberapa pelaku bisnis mengkhawatirkan dampaknya terhadap penjualan mereka. Namun, perusahaan multifinance yang banyak bergerak pada roda dua ternyata tak mengkhawatirkan hal ini. “Melihat BBM naik, ini tak akan terlalu banyak berdampak pada sepeda motor,” ucap Direktur Marketing PT Summit Oto Finance, Husni Musyairi, ketika dihubungi KONTAN, Jumat, (26/4). Ia menyebut, hal tersebut karena adanya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Malah bila harga BBM bersubsidi jadi naik, ia melihat akan ada pergeseran dari kepemilikan mobil menjadi kepemilikan motor. Perlu diketahui, Summit Oto Finance memfokuskan pemberian kredit di sepeda motor. Meski begitu, Summit Oto Finance menargetkan pembiayaannya tahun ini kurang lebih akan sama seperti tahun sebelumnya. Sayangnya, tahun lalu pun kredit motor di Summit Oto Finance mengalami penurunan sebesar 18% dari Rp 7,08 triliun menjadi Rp 6 triliun. Ini karena adanya dampak aturan Down Payment (DP).Kemudian, PT Adira Multi Finance Tbk. (ADMF) pun memprediksi kenaikan harga BBM ini tak akan mempengaruhi penjualannya. Direktur Utama Adira Finance, Willy S. Dharma mengaku tak khawatir dengan rencana pemerintah tersebut. Ia pun seragam menganggap bahwa ini justru akan mendorong pertumbuhan kredit motor. "Saya perkirakan pembiayaan sepeda motor justru tumbuh antara 7 hingga 8%," sebutnya. Kemudian, berkaca pada pengalaman kenaikan BBM bersubsidi 2009 lalu, ia pun mengaku hal tersebut tak terlalu berdampak besar ke pembiayaan motor dan mobil di Adira Finance. Tahun ini, Adira memiliki target penjualan kendaraan bermotor sejumlah 1,1 juta unit. Di kuartal pertama 2013, Adira mencatat pertumbuhan kredit hanya 8% dari Rp 41,6 triliun ke posisi Rp 45 triliun.Pembiayaan mobil merasa sebaliknyaHal tersebut berbeda dengan perusahaan multifinance yang berfokus di pembiayaan mobil. Misalnya PT BCA Finance yang memperkirakan bila BBM jadi naik, maka ini dapat mempengaruhi pertumbuhan bunga kredit. Lalu bila bunga kredit mekar, maka hal tersebut dapat berdampak pada laju tumbuhnya pembiayaan. “Kalau itu terjadi, dapat mempengaruhi pembiayaan,” sebut Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim, kepada KONTAN, Rabu, (24/4). Ia melihat, ini akan seperti kenaikan BBM di tahun 2009 yang membuat bisnisnya lesu kala itu. “Dulu penjualan mobil sempat mengalami rem mendadak. Enam bulan kemudian baru recovery,” sebutnya. Maka, bila BBM jadi meningkat tahun ini, dikhawatirkan akan terjadi hal yang sama bagi BCA Finance. Padahal, disebutnya bahwa saat ini saja perusahaan multifinance masih dihadapkan pada 3 faktor yang memperlambat tumbuhnya kredit, yaitu faktor makro ekonomi, Loan to Value (LTV), dan fidusia. Pada kuartal pertama tahun ini saja, Roni mengaku bahwa penjualan mobil di BCA Finance tak tumbuh terlalu bagus, yakni cuma di bawah 10%. “Kita memang agak miss sedikit,” akunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: