JAKARTA. Pengusaha menyesalkan langkah PT Pertamina (Persero) yang tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi per 1 Februari 2009. Keputusan tersebut dianggap tidak sejalan dengan rencana pemerintah untuk memberikan stimulus bagi industri. Adalah Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) MS Hidayat yang menyayangkan kebijakan Pertamina tersebut. Padahal, kata Hidayat, saat ini industri yang menggunakan BBM sebagai bahan bakar utama sedang membutuhkan segala macam stimulus untuk menekan biaya produksi. "Sehingga harga jual produk ke masyarakat bisa rendah," ujar Hidayat. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy juga melontarkan kekecewaan serupa. Menurut Ernovian, kebijakan ini justru memperlambat kemampuan industri meningkatkan daya saing terhadap negara lain. Saat ketergantungan industri terhadap BBM sangat besar, justru tak ada penurunan harga BBM non subsidi. Padahal BBM berkontribusi 30% dari biaya produksi. "Saat ini industri hanya bisa bertahan," keluhnya.
Harga BBM Non Subsidi Tak Turun, Pengusaha Sesalkan Pertamina
JAKARTA. Pengusaha menyesalkan langkah PT Pertamina (Persero) yang tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi per 1 Februari 2009. Keputusan tersebut dianggap tidak sejalan dengan rencana pemerintah untuk memberikan stimulus bagi industri. Adalah Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) MS Hidayat yang menyayangkan kebijakan Pertamina tersebut. Padahal, kata Hidayat, saat ini industri yang menggunakan BBM sebagai bahan bakar utama sedang membutuhkan segala macam stimulus untuk menekan biaya produksi. "Sehingga harga jual produk ke masyarakat bisa rendah," ujar Hidayat. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy juga melontarkan kekecewaan serupa. Menurut Ernovian, kebijakan ini justru memperlambat kemampuan industri meningkatkan daya saing terhadap negara lain. Saat ketergantungan industri terhadap BBM sangat besar, justru tak ada penurunan harga BBM non subsidi. Padahal BBM berkontribusi 30% dari biaya produksi. "Saat ini industri hanya bisa bertahan," keluhnya.